BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Cina adalah salah satu
Negara didaratan Asia yang memiliki peradaban yang telah cukup tua. Nama Cina
berasal dari orang-orang Cina, tetapi dari luar atau barat. Cina berasal dari
kata Ch’in atau Tsjin yaitu nama suatu dinasti yang pernah memerintah di Cina
pada abad ke tiga SM (221-206 SM). Sedangkan orang Cina sendiri menyebut Cina
dengan nama Tiongkok, nama Tiongkok diturunkan dari kata “Chung Kuo atau Chung
Kuok” yang berarti “Negara tengah”, Negara yang menjadi pusatnya dunia.
Pada abad ke tiga SM
(221-206 SM) setelah Dinasti Chou berakhir, Negara vassal Chin telah berhasil
menaklukan 6 (enam) Negara Vassal yang lain dibawah pimpinan Ch’eng,
selanjutnya berhasil mendirikan Dinasti Ch’in. setelah menjadi penguasa Ch’eng
menggunakan gelar Shih Huang Ti (Chi’in Shih Huang Ti) yang artinya (san Huang
Ti: tiga Huang dan lima Ti), untuk menunjukan kebijaksanaanya dan kepandaiannya
ia menggunakan gelar Huang Ti, dimana dalam gelar ini terhimpun gelar tiga Raja
dan lima Kaisar tersebut. Maka itu Dinasti ini menjadi sangat penting dalam
sejarah Cina. Setelah Shih Huang Ti
meninggal timbulah berbagai polemik untuk berebut kekuasan.
Pada akhir Dinasti Ch’in
terjadilah perebutan kekuasaan antara Hsiang Yu dengan Liu Pang. Sejak saat itu
Liu Pang menjadi pemenang dan berhasil mendirikan Dinasti baru yaitu Dinasti
Han. Zaman Han merupakan Zaman kejayaan yang paling lama dalam sejarah Cina.
Dinasti Han berhasil mencapai kesatuan politik dan kebudayaan.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan diatas dapat ditentukan beberapa rumusan masalah
antara lain:
1)
Bagaimanakah masa
pemerintahan pada dinasti Chin hingga berakhirnya Dinasti tersebut?
2)
Bagaimankah perkembangan
kekuasaan di china setelah Dinasti Chin runtuh?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah:
1)
Mengetahui tentang
sejarah dari Dinasti Chin di Cina pada abad ke tiga SM;
2)
Memahami
perkembanagn kekuasaan di China setelah dinasti Chin runtuh.
1.4 Manfaat Penulisan makalah
Makalah
ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik berupa tambahan pengetahuan
serta wawasan kepada pembaca tentang Dinasti Chin di China, dan juga semoga
memberikan manfaat bagi penulis sendiri.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Dinasti Chin
(221 – 206 SM)
2.1.1 Awal
Berdirinya Dinasti Chin
Dalam waktu tiga puluh tahun
setelah Dinasti Chou berakhir, Negara vassal Chin telah berhasil menaklukan 6
(enam) Negara Vassal yang lain dibawah pimpinan Ch’eng, selanjutnya berhasil
mendirikan Dinasti Chi’in. setelah menjadi penguasa Ch’eng menggunakan gelar
Shih Huang Ti (Chiin Shih Huang Ti). Memang raja Ch’eng menganggap dirinya
lebih kuat dari tiga raja dan lima kaisar. Untuk menunjukkan kebijakan dan
kepandaiannya ia menggunakan gelar Huang Ti.
Dinasti Qin[秦朝] (Tahun 221 sebelum Masehi ~ Tahun 206 sebelum
Masehi) merupakan Dinasti Pertama China yang menyatukan keragaman suku bangsa
di Negara China dalam satu Kebangsaan tunggal Nasional China dan juga merupakan
Dinasti Pertama yang menggunakan sistem pemerintahan terpusat
(sentralisasi) yaitu sistem pemerintahaan yang Kekuasaannya terletak
penuh ditangan Kaisar yang juga merupakan dasar dari Sistem Kekaisaran feodal
yang diteruskan oleh dinasti-dinasti setelahnya selama ribuan tahun.
Kaisar Pertamanya yaitu Kaisar Qin Shi Huang (Shi
Huang Di [始皇帝]) berhasil mengakhiri perpecahan antar negara-negara
bagian adipati di masa periode Negara berperang (Zhan Guo [战国]) yang berlangsung selama 500 tahun lamanya.
Dengan Kekuatan Ekonomi dan Militernya, Kerajaan Qin
berhasil menyatukan kembali daratan China dengan melenyapkan 6 kerajaan
lainnya. Yin Zheng [赢政] yaitu nama asli Kaisar Qin yang memakai gelar Kaisar
Qin Shi Huang pada tahun ke-26-nya merubah sistem politik desentralisasi
menjadi sentralisasi, tidak ada sistem Negara bagian adipati dibawah
kekuasaannya. Sistem Politik tersebut sangat berbeda dengan sistem politik pada
dinasti-dinasti sebelumnya sehingga penerapannya juga menghadapi banyak
tantangan dan perlawanan dari pejabat yang memiliki pemikiran politik yang
masih bersifat konvensional.
Yin Zheng kemudian juga merubah gelar Raja (Wang [王]) menjadi Kaisar (Huang Di [皇帝]) , istilah Huang [皇] diambil
istilah “San Huang [三皇]” dan Di [帝] dari istilah “Wu Di [五帝]” dan
menetapkan Kota Xian Yang [咸阳] sebagai Ibukotanya. Kaisar Qin Shi Huang membagi
Daratan China menjadi 36 Propinsi yang kepala daerahnya langsung ditunjukan
oleh Pemerintah Pusat dan tidak dapat menjabat secara turun menurun. Di
Pemerintahan Pusat, dibentuk Jabatan Perdana Menteri Kanan dan Kiri [左右丞相], Yu Shi Ta Fu [御使大夫], Tai Wei [太尉], Jiang Jun [将军], Ting We [廷尉] dan jabatan lainnya. Kaisar Qin Shi Huang juga
mempersatukan penggunaan Bahasa dan Tulisan serta satuan Pengukuran seperti
derajat, kepanjangan dan berat. Dibawah Perdana Menteri Qin yang bernama Li
Shi, Tulisan Qin Zhuan [秦篆] disebut juga dengan Xiao Zhuan [小篆] ditetapkan sebagai bentuk tulisan resmi di Dinasti Qin. Pada tahun 221
sebelum Masehi, Kaisar Qin Shi Huang menetapkan Peraturan untuk mempersatukan
Tulisan, Uang, Sistem Pertanahan, Sistem Transportasi dan sistem-sistem
lainnya.
Untuk mengurangi ancaman dari Suku Minoritas Xiong Nu
[匈奴] di daerah Utara, Kaisar Qin Shi Huang mengirimkan 300,000 ribu tentara
dibawah pimpinan Jenderal Besar Meng Tian untuk menyerang suku Xiong Nu
tersebut. Kaisar Qin Shi Hung juga memerintahkan untuk membangun Tembok
Keamanan yang kemudian dikenal dengan nama Wan Li Chang Cheng [万里长城] yaitu Tembok yang panjangnya puluhan ribu miles. Di
Dalam Negeri, Kaisar Qin Shi Huang memerintahkan untuk melakukan pembangunan
besar-besaran terhadap Istana dan Kuburan Kekaisaran sehingga memerlukan
keuangan dan tenaga kerja yang sangat banyak sekali.
Kaisar Qin Shi Huang dalam 12 tahun masa
pemerintahannya sering melakukan perjalanan mengelilingi Negerinya. Tujuan dari
perjalanan-perjalanan tersebut antara lain adalah untuk melakukan upacara
Ritual Doa untuk keselamatan dan kebahagian serta untuk menunjukan Kewibawaan
dan kekuasaan kepada Rakyatnya. Berikut ini adalah perjalanan-perjalanan yang
pernah dilakukan oleh Kaisar Qin Shi Huang :
1.
Tahun 220 Sebelum Masehi, melakukan perjalanan ke daerah Long Xi [陇西] dan 2 Propinsi di bagian utara.
2.
Tahun 219 Sebelum Masehi, melakukan perjalanan ke Gunung Zou Yi [邹峄].
3.
Tahun 218 Sebelum Masehi melakukan perjalanan ke Gunung Zhi Fu [芝罘].
4.
Tahun 215 Sebelum Masehi melakukan perjalanan ke Gunung Jie Shi [碣石].
5.
Tahun 210 Sebelum Masehi melakukan perjalanan ke Gunung Jiu Yi [九疑].
Demi untuk mencari cara untuk hidup abadi, Kaisar Qin
Shi Huang memerintahkan Xu Fu [徐福] untuk melakukan pelayaran ke seluruh penjuru dunia
untuk mendapatkan cara untuk menjadi Dewa, tetapi Xu Fu tidak pernah kembali
lagi ke negerinya.
Dalam Perjalanan ke-5 kalinya, Kaisar Qin Shi Huang
wafat dalam perjalanan pulang. Perdana Menteri Li Shi dan Kasim Zhao Gao
bersekongkol memalsukan Surat Perintah Kaisar untuk membunuh Jenderal besar
Meng Tian [蒙恬] dan Pangeran Fu Shu [扶苏] agar dapat mengangkat anak ke 18 Kaisar Qin Shi Huang yang bernama Hu Hai
[胡亥] naik ke tahta Kekaisaran menjadi Kaisar Qin Er Shi [秦二世]atau Kaisar Qin
II. Beberapa waktu kemudian, Perdana Menteri Li Shi juga dibunuh oleh Kasim
Zhao Gao sehingga kekuasaan Dinasti Qin sepenuhnya dikuasai oleh Hu Hai dan
Kasim Zhao Gao. Tetapi Kaisar Qin II sangat lemah dan tidak bermoral dan
mengikuti semua perkataan Kasim Zhao Gao sehingga banyak pejabat kekaisaran dan
Rakyat tidak puas dan kecewa. Dimana-mana terjadi pemberontakan, diantaranya
adalah pemberontakan Chen Sheng dan Wu Guang pada tahun 209 sebelum masehi,
pemberontakan Xiang Yu dan Liu Bang di tahun 207 sebelum masehi sehingga
mempercepat keruntuhan Dinasti Qin.
Pada Tahun 206 Sebelum Masehi, Zhao Gao memaksa Kaisar
Qin II (Qin Er Shi) bunuh diri kemudian mengangkat Zi Ying [子婴] menjadi Kaisar Qin III. Tetapi saat itu, Liu Bang
telah menyerang ibukota Xian Yang, Kaisar Qin III akhirnya membunuh Zhao Gao
dan menyerahkan diri kepada Liu Bang. Dengan demikian pemerintahan Dinasti Qin
berakhir.
Dalam perpolitikan pemerintahan Dinasti Qin, pembagian
Negara adipati dihilangkan dan kepala daerah diutuskan langsung oleh pusat
sehingga memperkuat kekuasaan Kaisar. Pada Tahun 212 Sebelum Masehi, Kaisar Qin
Shi Huang menyetujui usulan dari Perdana Menteri Li Shi untuk membakar habis
semua buku simpanan pribadi (kecuali Buku sejarah Qin, Buku kedokteran, Buku
Pertanian dan Buku Peramalan) dan mengubur secara hidup-hidup para pemikir dan
pengikut konsep Lu [儒学] sekitar 460 orang. Tindakan tersebut dikenal dengan
istilah “Fen Shu Keng Ru [焚书坑儒]”, jika diterjemahkan langsung adalah membakar buku dan mengubur pengikut
Lu.
Hal ini dilakukan Kaisar Qin Shi Huang untuk menekan
para pengikut Lu agar sistem politik baru yang diterapkannya dapat berlangsung
dengan baik dan mulus. Tetapi karena Keuangan dan sebagian besar penduduknya
dipakai dalam mengadakan pembangunan-pembangunan yang besar seperti
pembangunan Istana, Tembok Raksasa dan tempat pemakaman Kekaisaran, penduduk
yang digunakan untuk sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya menjadi
sangat sedikit sehingga perkembangan ekonomi saat itu mengalami penurunan. Saat
itu, penduduk Dinasti Qin hanya berjumlah sekitar 20-jutaan orang, pembangunan
pemakaman memakai sekitar 1,5 jutaan orang, Penjagaan Lima Gunung penting
sekitar 500 ribuan orang, Prajurit untuk pertahanan di perbatasan Xiong Nu
sekitar 300 ribuan orang, Pembangunan Pagar Raksasa sekitar 500 ribuan orang
dan pembangunan lainnya sekitar 300 ribuan orang. Jadi sekitar 15% penduduknya
dipakai untuk melakukan pembangunan-pembangunan yang disebut diatas.
Kaisar
Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying Zheng. Masa
kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada putus-putusnya antara
negara-negara bagian feodal untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi (disebut dengan “Masa Perang
Antar Negeri” yang berlangsung dari tahun 475 – 221 SM). Ayahnya adalah Raja
Zhuang Xiang dari Kerajaan Qin dan ibunya bernama Zhao Ji yang merupakan bekas
selir dari pedagang kaya Lu Buwei. Para kritikus kemudian mengatakan bahwa
Zheng sesungguhnya adalah anak dari Lu Buwei, namun sifat-sifat anak tersebut,
yakni kemampuannya dalam strategi digabungkan dengan semangat peperangan
merupakan ciri khas para penguasa Qin sebelumnya.
Tatkala
berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dan Zheng dinobatkan sebagai penguasa baru
dari Kerajaan Qin. Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji memerintah sebagai
wali, namun tatkala keduanya terlibat skandal, jabatan sebagai wali raja itupun
dihapuskan dari tangan mereka. Semenjak tahun 238 SM Zheng memerintah
sendirian. Kerajaan Qin saat itu menganut ajaran legalisme (Fajia) dari Shang
Yang, yang mengatakan bahwa pemerintah harus diperintah dengan keras. Shang
Yang mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya jahat dan harus diperintah dengan
menggunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang
menekankan tentang pelaksanaan hukum dengan tegas sebagai landasan pembangunan
negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror)
sehingga rakyat takut. Tegasnya pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang
bulu, bahkan ada bangsawan juga yang dihukum sesuai dengan undang-undang yang
berlaku..
Seumur hidupnya Shih Huang
Ti memperlihatkan tenaga kerja yang jarang terdapat dalam keluarga raja-raja.
Ia dilukiskan sebagai berikut: “Raja
Negara Chi;in adalah orang yang berhidung besar, bermata besar dan mempunyai
dada seperti dada seokor burung elang, suaranya seperti seekor anjing hutan, ia
sedikit sekali menaruh rasa kasihan dan ia berani seperti seekor harimau atau
seekor serigala”.
Shih Huang ti memegang
kendali pemerintahan sejak umur 13 tahun. Keberhasilan Shih Huang Ti
mempersatukan Cina. Pertama, karena Negara Chi’in terletak diantara Shensi dan
Kansu, letak yang sangat strategis yakni mudah mengadakan serangan dan sulit
untuk diserang. Kedua, karena dia mempunyai banyak ahli tatanegara yang pandai,
seperti Hertog Mu, Hertog Hsio, Shang Yang, Lu Pu Wei, Han Fei Tze dan Li Ssu.
2.1.2 Reformasi Shang Yang
Memang pada masa itu, di Chin
banyak orang-orang pandai dibidang pemerintahan. Berdirinya Dinasti Chin
membuka lembaran baru dalam sejarah Cina. Dinasti Chin dibangun diatas konsepsi
ajaran golongan legalitas dibawah
pimpinan perdana mentri Shang Yang, yang menerapkan hukum dengan tegas sebagai
landasan bagi pembangunan Negara, tetapi bukan memerintah dengan kekerasan dan
penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Seorang bangsawan juga harus dihukum
sesuai dengan undang-undang yang berlaku. sehingga kerajaan Chin menjadi kuat.
Kebijakan yang dilakukannya yaitu:
1. Menghapus gelar bangsawan secara waris, hanya orang
yang memiliki jasa dalam perang yang dapat memperoleh gelar bangsawan, anak
cucu tidak dapat mewarisinya.
2. Menata
administrasi pemerintahan, mengumpulkan kota-kota kecil menjadi 31 kabupaten
dan menetapkan pejabat untuk menjalankan kebijakan pemerintah pusat.
3. Melarang terciptanya keluarga besar, yakni bila satu
keluarga terdiri dari dua kepala keluarga, maka keluarga itu harus membayar
pajak ganda, dengan cara ini mendorong masyarakat berkembang untk mendirikan
rumah tangga sendiri setelah berkeluarga dan berkembanglah populasi rakyat.
4. Melaksanakan landreform, bagi rakyat yang membukan
lahan diberikan hak milik atas lahan yang dibuka, sehingga pertumbuhan ekonomi
meningkat dan pendapatan rakyat bertambah.
5. Otonomi daerah. Membagi penghuni di daerah menjadi
kelompok-kelompok dan masing-masing memilih sendiri ketua kelompoknya.
6. Menetapkan pangkat militer dan hadiah atas jasa
mereka, sehingga kemampuan militernya meningkat drastis.
7. Memberikan hadiah atas hasil pertanian kepada petani
yang sukses dalam bercocok tanam dan menghukum mereka yang panennya berkurang.
Jadi yang dirangsang adalah kompetisi produksi
8. Mendirikan
ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis secara geografis.
9. Menyatukan segala macam ukuran, antara lain ukuran
satuan panjang, ukuran kereta, lebar jalan raya, dan lain sebagainya, agar
memiliki standar yang tetap.
10. Menetapkan
undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya, jika putra mahkota
melanggar hukum, bukan dia saja yang akan dihukum namun gurunya yang
mengajarnya juga harus menerima hukuman. (zaman dulu guru itu menetap di istana
dan selalu mendampingi putra mahkota).
Reformasi
Shang Yang tersebut diterapkan pada masa pemerintahan Raja Xiaogong, kurang
lebih seratus tahun sebelum lahirnya Ying Zheng yang kelak mempersatukan
kembali seluruh china.
Reformasi
dari Shang Yang tersebut di terapkan di masa Qin Shiaugong, sebelum masa Qin
Shihhuang, bahkan setelah Qin Shiaugong meninggal, Shang Yang dicincang sampai
mati oleh para bangsawan yang membencinya karena mereka kehilangan eksklusivitas setelah
penerapan sistim ketatanegaraan yang baru. Sepuluh tahun setelah reformasi
Shang Yang, Qin dari negara yang lemah tumbuh menjadi negara yang kuat,
kira-kira seabad kemudian barulah Zheng lahir, dimana ia telah memiliki modal
kuat untuk menyatukan daratan Tiongkok.
Antara
tahun 230 – 221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menaklukkan seluruh Tiongkok.
Pada tahun 221 SM usaha ini berhasil dan ia mendirikan dinasti baru sebagai
pengganti Dinasti Zhou serta menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi, yang
berarti “Kaisar Pertama dari Dinasti Qin”. Dia adalah raja pertama yang tidak menobatkan dirinya sebagai raja, melainkan Kaisar.
Istilah baru yang dipergunakan untuk menggelari dirinya terdiri dari dua huruf,
“huang” dan “di”, yang keduanya sama-sama berarti raja (penggunaan dua kata ganda yang berarti
raja ini mengindikasikan bahwa Ying Zheng hendak mengatakan bahwa dirinya lebih
dari sekedar raja).
Gelar
baru sebagai sebutan bagi kaisar tersebut digunakan hingga dinasti Qing
(dinasti terakhir Tiongkok). Keberhasilannya ini menunjukkan kejeniusannya
untuk menyatukan Tiongkok dari keterpecah-belahannya menjadi suatu pemerintahan
terpusat yang kuat. Untuk memudahkan administrasi pemerintahan, Zheng membagi
negerinya menjadi 36 provinsi, yang dihubungkan oleh jalan raya dengan total
panjang sebesar 7500 km, dimana ini jauh melebihi prestasi Bangsa Romawi dalam
membangun jalan raya.
Pada
masa pemerintahnnya Tiongkok juga masih sering mengalami serangan bangsa barbar
dari utara. Untuk menangkal hal tersebut Kaisar Qin Shihuangdi memerintahkan
pembangunan tembok besar yang kemudian para prakteknya dilakukan dengan penuh
kekejaman. Tembok yang membentang sekitar 3000 km ini merupakan satu-satunya
bangunan di dunia yang dapat dilihat di bulan dan merupakan salah satu prestasi
Bangsa Tionghoa. Kaisar Qin juga melakukan standardisasi huruf dan ukuran yang
berlaku di negerinya, sehingga sebagai hasilnya kita pada hari ini hanya
mengenal satu sistim penulisan huruf Mandarin. Ini semua dapat dikatakan jasa
dari Kaisar Qin Shihuangdi.
Meskipun
demikian terlepas dari jasa tersebut, Kaisar Qin Shihuangdi merupakan seorang
tiran yang kejam. Salah satu kekejaman yang dilakukannya adalah dengan membakar
buku-buku karya para ahli filsafat pada jaman sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kritik terhadap pemerintahannya. Para sarjana yang
menolak untuk menyerahkan kitab-kitab tersebut menjalani hukuman dikubur hidup-hidup.
Sedangkan buku2 yang tidak dimusnahkan adalah buku2 pertanian dari Nong Jia
(ilmu pertanian), buku2 seni perang dari Bing Jia, buku-buku ramalan , dan
buku-buku pengobatan. Yang dimusnahkan terutama adalah buku2 yang
bertentangan dengan Aliran Fajia. Tapi buku-buku itu tidak semuanya habis
dibakar atau disensor. Buktinya pada masa Dinasti Han masih banyak yang
memiliki buku2 yang beraliran Ru Jia (Konfusianisme). Salah satu faktor
yang membuat Qin Shihuang marah terhadap penganut Ru Jia adalah ketika Qin
Shihuang hendak mengadakan upacara Feng Shan (semacam upacara pengukuhan/legitimasi
sebagai kaisar oleh para leluhur) digunung Tai, ternyata penganut Ru Jia tidak
tahu bagaimana tata cara upacara Feng Chan itu, bahkan sesama penganut
Konfusianisme itu sendiri malah saling bertengkar tentang tata cara Feng Shan ,
dan kasus ini juga menimpa kaisar Han Wudi.
Pembangunan
tembok besar itupun juga menimbulkan banyak korban jiwa. Hal ini terjadi karena
buasnya alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan, karena tidak ada
waktu untuk mengubur orang yang
meninggal, maka mayat-mayat tersebut juga ikut dimasukkan ke dalam tembok besar tersebut.
meninggal, maka mayat-mayat tersebut juga ikut dimasukkan ke dalam tembok besar tersebut.
Karena
kekejamannya Dinasti Qin tidak bertahan lama, dan hanya berlangsung selama dua
generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat sedang dalam perjalanan.
Seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti adalah putera pertama kaisar yang
bernama Fu Su. Namun Li Si, penasehat kaisar memalsukan surat perintah yang
isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan bunuh diri. Li Si kemudian merekayasa
agar putera kedua raja, yang bernama Hu Hai naik tahta dan bergelar Er
Shihuangdi (Kaisar Kedua). Pada jamannya terjadi penindasan yang lebih besar
terhadap rakyat dengan jalan menaikkan pajak. Para petani yang telah menderita hidupnya
di bawah Dinasti Qin melakukan pemberontakan, dimana pemberontakan –
pemberontakan ini kemudian semakin meluas bagaikan cendawan di musim hujan.
Sejarahwan
terkenal pada jaman Dinasti Han, Tong Zhongshu menyebutkan mengenai jaman
sengsara tersebut dengan ungkapan sebagai berikut: “Orang miskin kerapkali
memakai pakaian lembu dan kuda serta makan makanan anjing dan babi”.
Salah
satu pemberontakan yang paling terkenal dipimpin oleh Liu Bang. Pada tahun 206
SM, pemberontakan ini berhasil dan Ziying, kaisar terakhir Dinasti Qin yang
baru memerintah selama 46 hari menyerah pada Liu Bang. Dinasti Qinpun
tamat sudah riwayatnya.
Sebagaimana
yang sudah disebutkan di atas, arti penting Dinasti Qin bagi kebudayaan
Tionghoa adalah penyeragaman tulisan, dimana sebelumnya terdapat beberapa ragam
tulisan. Kalau pada masa ini kita hanya menjumpai satu sistim penulisan Bahasa
Mandarin, maka ini adalah jasa Kaisar Qin Shihhuangdi. Lebih jauh lagi nama
“China”, yakni sebutan Bangsa Barat untuk Tiongkok adalah berasal dari nama
dinasti ini.
Catatan
tambahan mengenai Kaisar Qin Shih huangdi
Berikut ini ada catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shihuangdi yang juga menarik untuk disimak. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Qin Shihhuangdi tidak bisa disebut kejam dan lalim, tapi seorang pelaksana yang tegas, taat dan modern. Raja yang terdahulu jika mengusai negara lain, maka raja tersebut akan membagi-bagikan daerah kekuasaan barunya kepada sanak famili dan para bangsawan, namun tidak demikian halnya dengan Qin Shihhuang. Dia menciptakan pemerintahan pusat yang belum ada sebelumnya, membagi negara menjadi propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan, pejabat propinsi dan kabupaten ditetapkan oleh pemerintah pusat. Struktur negara juga diringkas menjadi 3 perdana menteri dan 9 menteri, dia mengubah system feodalisme istana menjadi system ketatanegaraan. Untuk hal ini, mungkin dialah penguasa pertama di dunia ini yang menerapkan manajemen modern.
Berikut ini ada catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shihuangdi yang juga menarik untuk disimak. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Qin Shihhuangdi tidak bisa disebut kejam dan lalim, tapi seorang pelaksana yang tegas, taat dan modern. Raja yang terdahulu jika mengusai negara lain, maka raja tersebut akan membagi-bagikan daerah kekuasaan barunya kepada sanak famili dan para bangsawan, namun tidak demikian halnya dengan Qin Shihhuang. Dia menciptakan pemerintahan pusat yang belum ada sebelumnya, membagi negara menjadi propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan, pejabat propinsi dan kabupaten ditetapkan oleh pemerintah pusat. Struktur negara juga diringkas menjadi 3 perdana menteri dan 9 menteri, dia mengubah system feodalisme istana menjadi system ketatanegaraan. Untuk hal ini, mungkin dialah penguasa pertama di dunia ini yang menerapkan manajemen modern.
Dia
seorang pekerja keras, walaupun telah mengalami berkali-kali penghadangan tapi
dia tetap melakukan perjalanan dalam peninjauan dan pengawasan perbangunan
negaranya, bahkah dia mati dalam perjalanan tugasnya. Selain membuat terusan
yang menghubungkan sungai Huang He, Huai He dan Chang Ciang, dia juga membangun
jaringan transportasi seluruh negara dari pusat ibukota dan mengagalkan
reboisasi. Mengenai korban pembangunan Tembok Besar, tentu bukan suatu
kelaliman kaisar, tapi itu adalah salah satu benteng pertahanan strategis
secara militer, hanya karena medan yang sangat buruk maka terjadilah banyak
korban, kalau dibandingkan dengan para kaisar zaman sebelumnya yang membangun
istana dengan memaksa rakyat berbakti denan cuma-cuma yang juga memakan korban
banyak, tentu korban dalam pembangunan Tembok Besar lebih memiliki nilai yang lebih
tinggi. Dan tembok-tembok itu sebenarnya adalah menyambung tembok-tembok yang
telah ada serta membangun tembok-tembok baru. Pada masa itu, keturunan dari
para bangsawan dan kerabat raja-raja dari 6 negara yang dikalahkan, terus
berusaha membunuh atau menjatuhkan Qin Shihuangdi, selain mencari satria untuk
menghadang, mereka juga mendekati para sarjana terutama aliran Konfusianis,
para sarjana dan rakyat memang belum terbiasa hidup dalam pola hidup yang
disiplin sesuai undang-undang Qin, maka banyak sarjana aliran ini menulis
kritikan yang tidak membangun dan mencela kebijaksanaan Qin, mereka menolak
penerapan sistim baru yang membongkar habis pola pikir feodal dan menuntut
kembali pada pola kekaisaran tempo dulu.
Untuk
mengamankan pelaksanaan reformasi, maka para sarjana itu ditangkap dan
tulisan-tulisan mereka disita. Buku-buku tradisional yang tidak sesuai dengan
kemajuan zaman diperintahkan untuk dibakar oleh pemiliknya. Apabila dalam kurun
waktu 60 hari tidak dibakar maka akan dijatuhi hukuman. Empat ratus enam puluh
orang sarjana dari aliran Konfusianis terbukti mencela dan menyebarkan
kebencian terhadap kaisar, maka mereka dihukum mati dengan jalan dikubur hidup
– hidup (hukuman ini tidak hanya dilakukan oleh Qin Shihuang. Namun tidak ada
sarjana yang menulis, bahwa raja lainnya juga pernah melakukan kekejaman
semacam ini . Hal inu tentunya tidak adil secara sejarah). Tulisan mereka dan
buku-buku yang disita dari mereka juga dibakar. Namun buku-buku yang tersimpan
di perpustakaan atau karya asli dan aliran-aliran pemikir tidak dibakar, maka
catatan sejarah masih utuh hingga kini.
Salah
penafsiran atas Qin Shihhuang adalah dikarenakan hukumannya terhadap para
sarjana Aliran Konfusianisme, dimana mereka selanjutnya justru mendapatkan
tempat pada masa raja-raja berikutnya. Maka tulisan atau tafsiran tentang Qin
Shihhuang selalu tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penulis atau
pencatat sejarah kebanyakan sarjana dari aliran tersebut.
Pada tahun 214 SM Chiin
telah berhasil mengadakan ekspansi ke Chekiang, Fukien dan Kwangtung sampai
disungati merah di Indocina. Tahun 215 SM ekspansi dilanjutkan kedaerah-daerah
Huann, Szechuan, Kweichow bahkan sampai ke korea.
Penasehat utama Chin,
Shih Huang Ti ialah Li Ssu, murid Shu Tze. Yang dilihat oleh Li Ssu dari
ajaran-ajaran gurunya hanya bagian yang menyatakan bahwa sifat manusia pada dasarnya buruk dan
ia berharap memperbaiki itu bahkan dengan memberikan pelajaran melainkan dengan
menggunakan hukuman-hukuman yang berat.
Beberapa tokoh
terkenal pada masa Dinasti Qin adalah :
1)
Lu Buwei (吕不韦),
perdana menteri Qin dan wali Qin Shihuang ketika ia naik tahta dalam usia muda.
Orang yang berjasa dalam mendidik Qin Shihuang menjadi seorang kaisar yang
bertangan besi. Ada kontroversi mengenai garis keturunan dari Kaisar Qin, bahwa
Kaisar Qin adalah anak dari Lu Buwei, dimana Lu Buwei menyerahkan istrinya, Zhao Ji, pemain opera di kota Handan (wilayah kerajaan Zhao) yang sudah
hamil, kepada Raja Qin (Ying Yiren/raja sebelum Qin Shi Huang).Pada akhirnya,
dia dibunuh secara tidak langsung oleh Qin Shi Huang dengan dipaksa minum
anggur beracun.(Kaisar Qin takut Lu Bu Wei direkrut oleh 6 negara lainnya,
padahal Bu Wei sendiri sudah memutuskan pensiun.
2)
Li Si (李斯),
murid dari Xun Zi, direkrut oleh Lu Buwei
sebagai guru untuk Kaisar Qin/Ying Zheng. Orangnya cerdas,namun agak pengecut.
Ada suatu peristiwa dimana dia bekerja sama dengan pejabat tertentu untuk
membuat surat permohonan pembagian kekuasaan kepada kaisar Qin, namun karena
takut dia membuat satu surat lagi yang isinya bertentangan dengan surat
pertama, lebih mendukung kaisar Qin, itulah alasan mengapa Fu Su, sang putra mahkota
membencinya. Setelah Lu Buwei tiada, dia ditunjuk sebagai perdana menteri.
3)
Zhao Gao (赵高), kasim dari Kaisar Qin. Orangnya lumayan
cerdas, tapi "penjilat". Dia dan Li Si melakukan suatu konspirasi
besar mengenai penerus kaisar Qin, mereka mengatur sedemikian rupa sehingga Huhai, putra ke-26 Qin
Shihuang, yang masih muda dan intelektualnya lebih rendah dari putra mahkota Fu
Su, menjadi kaisar berikutnya, padahal mandat kaisar Qin sebelum mangkat bahwa
Fu Su seharusnya menjadi penerus kekaisaran Qin. Li Si takut dipenggal karena
Fu Su tidak menyukai Li Si, sementara Zhao Gao takut ingin Huhai naik tahta
sehingga dengan demikian statusnya ikut terangkat.
4)
Fu Su (扶苏),
putra mahkota kekaisaran Qin, yang seharusnya menjadi penerus Qin Shi Huang.
Qin Shi Huang sendiri menganggap Fu Su hatinya terlalu lunak dan lemah.
Sebenarnya dia bisa melakukan kudeta kekuasaan, tapi ada suatu peristiwa
dimana dia dan Li Si saling berbicara setelah menerima mandat palsu (Isinya
Pangeran Kedua yang menjadi penerus tahta, sementara Fu Su dihukum mati).Dia
bertanya, bagaimana masa depan kekaisaran Qin ke depannya, dan Li si menjawab,
"tidak akan ada lagi Dinasti Qin", akhirnya dia mati bunuh diri.
5)
Lao Ai (嫪毐),
pemain opera di Handan yang dekat dengan ibu suri Zhao (ibu Ying Zheng), yang
kemudian dipromosikan oleh Lu Buwei menjadi menteri, dengan alasan
diperbantukan ke ibu suri. Sayangnya, Lao Ai punya niat tersembunyi, termasuk
perselingkuhannya dengan ibu suri. Dia melakukan pemberontakan pada saat Ying
Zheng mengetahui skandal perselingkuhannya dengan ibusuri Zhao.
Pemberontakannya gagal dan ia tertangkap, lalu ia mengakui pada Ying Zheng
mengenai segalanya tentang perselingkuhan dengan ibusuri dan rahasia mengenai
Lu Buwei adalah ayah biologis Ying Zheng.
6)
Meng Tian (蒙恬),
jenderal kesayangan Qin Shi Huang, berjasa besar dalam penaklukan 6 kerajaan,
termasuk peperangan di utara melawan Mongolia.
Sebenarnya, Fu Su bermaksud menjadikannya perdana menteri jika naik takhta. Ia
turut dipaksa bunuh diri bersama Fu Su.
7)
Li Mu (李牧),
jenderal besar dari negeri Zhao, berhasil menggagalkan penyerangan negeri Qin,
Qin Shi Huang sendiri sangat terkesan dengan kegagahan Li Mu. Negara Qin
mengirim mata-matanya ke Zhao untuk menghasut Raja Zhao sehingga menyingkirkan
Li dari jabatan komandan tertinggi. Li dibunuh tidak lama setelah dicabut dari
jabatannya oleh orang-orang suruhan Raja Zhao. Setelah negeri Zhao kalah,
namanya diabadikan menjadi nama suatu tempat.
2.1.3
Tindakan-tindakan Shih Huang Ti
Untuk menahan serangan dari
Luar atau serangan dari bangsa bar-bar (bangsa Hsiung Nu), maka Ch’in Shih
Huang Ti membuat Tembok besar yang terkenal dengan nama “Great Wall” atau bisa
disebut Wan Li Chang Cheng (Tembok Raksasa). Panjang tembok ini kurang lebih
10.000 li (kurang lebih 6.450 Km) tembok ini memanjang dari barat daya yakni
dari wilayah kansu, melintasi sungai Hoang Ho dan masuk wilayah Mongolia dalam,
terus menembus arah selatan ke Shensi dan Hopei dan membelok kearah timur sampai
ke Teluk Liaotung dipantai Pasifik.
1) Menghapuskan feodalisme dan membentuk pemerintahan
yang bersifat sentralis. Seluruh Cina dibagi menjadi daerah-daerah propinsi,
yang masing-masing dikusai seorang gubernur;
2) Mengadakan pembakaran terhadap buku-buku kuno karya
Confusius kecuali buku-buku tentang pertanian, pengobatan dan ramalan;
3) Mengadakan peyeragaman tulisan-tulisan diseluruh Cina;
4) Mengadakan penyeragaman ukuran-ukuran, Timbangan-timbangan,
perkakas pertanian, Ukuran roda dan sebagainya;
5) Membuat jalan-jalan raya yang menghubungkan pusat dan
Daerah-daerah, membuat jembatan-jembatan dan saluran-saluran. Yang terkenal
sekali yang dinamakan “jalur Kerajaan”, yang melewati daerah sungai Kuning dan
lembah sungai Yangtze Kiang. Jalan tersebut “jalur lurus”;
6) Untuk menjaga supaya tidak terjadi pemberontakan dari
bawah atau daerah, maka benteng-benteng didaerah yang tidak digunakan untuk
pertahanan dimusnahkan.
Pada kenyataanya tidak semua buku-buku terlarang musnah
buktinya pada masa Dinasti han masih banyak orang yang memiliki buku
konfusianisme. Para sarjana konfusianisme di semua wilayahnya dikumpulkan
hingga 700 sarjana. Mereka dilempari batu hingga mati di sebuah lembah yang belakangan
disebut deangan “Lembah Pembantaian para Sarjana Konfuisianisme”
Pembangunan tembok besar
menimbulkan bayak korban jiwa. Hal ini terjadi karena buasnya alam dan minimnya
prasarana pada masa itu. Bahkan, karena tidak ada waktu untuk memakamkanya, mayat-mayat
orang yang meninggal ikut ditembok begitu saja.
Satu lagi kelebihan Chin adalah bahwa
mereka memiliki besar, tentara yang efisien dan jenderal mampu. Mereka
menggunakan perkembangan terbaru dalam senjata dan transportasi juga, yang
banyak musuh-musuh mereka tidak tahu. Perkembangan ini kemudian diizinkan
mobilitas yang lebih besar ke atas beberapa jenis area yang berbeda yang paling
umum di kebanyakan wilayah China. Jadi, kedua dalam ideologi dan praktek, Chin
militer unggul.
Akhirnya, yang Chin kekaisaran memiliki
keuntungan geografis karena kesuburan dan yang posisi strategis, dilindungi
oleh gunung yang dibuat di negeri satu benteng alami output diperluas Its
pertanian membantu tentara besar mempertahankan Qin itu dengan makanan dan
sumber daya alam; terusan Wei Sungai dibangun di 246 SM adalah sangat penting
dalam hal ini.
Penaklukan Negara Lain
Selama Periode Amerika berperang sebelum
Dinasti Chin, negara-negara utama yang bersaing untuk penguasaan Yan, Zhao, Qi,
Chu, Han, Wei dan Chin. Raja-raja negeri-negeri ini dijuluki diri mereka
sebagai raja-raja, bukan menggunakan gelar bangsawan yang lebih rendah mereka
sebelumnya telah diadakan. Namun, tidak tinggi dirinya untuk percaya bahwa dia
memiliki "Mandat Surga," sebagai kaisar Chou mengklaim, atau bahwa
dia memiliki hak untuk menawarkan pengorbanan mereka meninggalkan ini kepada
raja-raja Chou.
Sebelum penaklukan mereka di SM abad
keempat dan ketiga, Chin mengalami beberapa hambatan. Shang Yang telah
dilaksanakan di 338 SM karena dendam oleh pemimpin Raja Wu pada siswa yang
telah dilaksanakan karena desakan Shang Yang bahwa hukum yang digunakan bahkan
untuk bangsawan. Ada juga perselisihan internal atas pewarisan Chin dalam 307
SM, yang terpencar Chin otoritas cukup. Qin telah dikalahkan oleh federasi
negara lain 295 SM, dan setelah mengalami kekalahan lain oleh negara Zhao,
karena mayoritas tentara mereka kemudian mempertahankan terhadap Qi. The
negarawan agresif Fan Sui, bagaimanapun, tidak lama lagi datang ke kekuasaan
sebagai perdana menteri meskipun masalah pewarisan telah diselesaikan, dan dia
mulai satu kebijakan perluasan yang telah berasal di Jin dan Qi, yang mendorong
Chin untuk mencoba untuk menaklukkan negeri-negeri lain.
Chin cepat dalam serangan mereka ke atas
negeri-negeri lain. Mereka pertama kali menyerang Han, timur langsung, dan
mengambil kota yangdi dalam 230 SM. Mereka kemudian melanda utara negeri Zhao
menyerah pada 228 SM, dan negeri utara Yan diikuti, jatuh dalam 226 SM.
Selanjutnya, tentara Chin meluncurkan serangan ke timur, dan kemudian selatan
serta; mereka mengambil kota Wei Daliang (kini disebut Kaifeng) dalam 225 SM
dan dipaksa Chu untuk menyerahkan oleh 223 SM. Akhirnya, mereka digulingkan
sisa Dinasti Chou di Luoyang dan menaklukkan Qi, mengambil kota Linzi dalam 221
SM.
Dominion Cina
Ketika penaklukan lengkap dalam 221 SM,
Raja Zheng - yang pertama mengambil alih takhta negeri Chin pada 9 umur 15- menjadi penguasa
efektif Cina. Dia memperkuat posisinya sebagai penguasa tunggal dengan rilis
perdana menteri, Lu Buwei. Dia kemudian digabungkan judul yang Tiga Berdaulat
awal dan Lima Kaisar ke nama baru dia :. Shih Huang Ti atau "Kaisar
Pertama". Kaisar baru dinyatakan mengarahkan semua senjata tidak menguasai
Chin dirampas dan dilelehkan. Logam yang dihasilkan adalah cukup untuk
membangun dua belas patung hiasan besar di ibukota baru dinyatakan Chin,
Xianyang.
Di 214 SM, Chin Shih Huang memperoleh
perbatasan ke utara dengan pecahan (100.000 orang) tentara besar, dan mengirim
mayoritas (500.000 orang) selatan tentaranya untuk menaklukkan wilayah suku
selatan. Sebelum peristiwa yang menyebabkan penguasaan Chin seluruh Cina,
mereka telah mendapatkan kepemilikan banyak Sichuan di barat daya. Tentara Chin
adalah tidak biasa dengan daerah hutan, dan ia telah dikalahkan oleh taktik
perang gerilya suku selatan 'dengan lebih 100.000 orang hilang. Namun, dalam
kekalahan Chin berhasil dalam membangun sebuah terusan ke selatan, di mana
mereka digunakan sepenuhnya untuk memasok dan memperkuat tentara mereka saat
serangan kedua mereka ke selatan. Membangun keuntungan, tentara Chin
menaklukkan tanah pantai sekitar Guangzhou, dan mengambil wilayah Fuzhou dan
Guilin. Mereka melanda sejauh selatan sebagai Hanoi. Setelah kemenangan ini di
selatan, Chin Shih Huang bergerak lebih 100.000 narapidana dan orang buangan
untuk menjajah daerah yang baru ditaklukkan. Dari segi memperluas perbatasan
kerajaannya, Kaisar Pertama adalah sangat sukses di selatan.Walau bagaimanapun,
sementara kekaisaran pada masa-masa telah diperluas ke utara, Chin jarang dapat
memegang ke tanah untuk waktu yang lama. Klan ini lokasi, secara kolektif
disebut Hu oleh Chin, bebas dari pemerintahan Cina saat mayoritas Dinasti. Yang
dilarang dari perdagangan dengan Dinasti Chin petani, hidup kabilah Xiongnu di
wilayah Ordos di barat laut Cina sering menyerbu mereka sebaliknya, mendorong
Chin untuk membalas. Setelah kampanye militer yang dipimpin oleh Jenderal Meng
Tian, wilayah ini telah ditawan dalam 215 SM dan pertanian telah didirikan,
petani, bagaimanapun, tidak puas dan kemudian memberontak. Dinasti Han berhasil
juga berkembang ke Ordos karena kelebihan penduduk, tetapi berkurang sumber
mereka dalam proses. Owen Lattimore mengatakan upaya kedua Dinasti untuk
menaklukkan Ordos, "penaklukan dan ekspansi adalah ilusi. Tidak ada jenis
keberhasilan yang tidak tidak membuat reaksi sendiri yang." Sesungguhnya,
ini adalah benar perbatasan dinasti dalam berbagai arah modern Xinjiang, Tibet,
Manchuria, Mongolia, dan daerah tenggara asing Chin, dan juga daerah lebih yang
mereka memiliki kontrol militer adalah budaya yang berbeda.
Budaya dan masyarakat
Bangsawan Chin adalah sebagian besar
sama dalam budaya dan kehidupan harian mereka. Variasi regional dalam budaya
telah dianggap sebagai simbol kelas yang lebih rendah. Ini bersumber dari Chou
dan telah dirampas oleh Chin, variasi tersebut telah dilihat sebagai
bertentangan dengan penyatuan bahwa pemerintah berusaha untuk mencapai.
Biasa dan penduduk pedesaan, yang
terdiri lebih 90% dari penduduk, yang sangat jarang meninggalkan desa atau
farmsteads mana mereka dilahirkan. Bentuk biasa pekerjaan berbeda menurut
daerah, meskipun pertanian hampir universal biasa. Profesi adalah keturunan;.
Pekerjaan ayah telah disetujui kepada anak sulungnya setelah beliau meninggal
dunia .The Lüshi Chunqiu memberikan contoh bagaimana, ketika biasa yang
terobsesi dengan kekayaan material, bukannya yang idealisme seorang yang
"membuat hal melayani dia", mereka telah "berkurang ke layanan
hal".
Petani jarang digambarkan dalam
literatur selama Dinasti Chin dan setelah itu, ulama dan lain-lain status elit
lebih mengutamakan kesenangan kota-kota dan atraksi politik. Satu pengecualian
penting untuk ini adalah Shen Nong, yang disebut "Bapa Ilahi", yang
mengajarkan bahwa rumah harus menanam makanan mereka sendiri. "Jika di
Perdana seseorang dia tidak membajak, seseorang di dunia akan berkembang lapar.
Jika di Perdana seseorang dia tidak menenun, seseorang di dunia akan menjadi
dingin." Chin dianjurkan ini; upacara telah dilakukan sekali setiap beberapa
tahun yang terdiri dari pejabat pemerintah yang penting bergantian dengan bajak
pada bidang khusus, untuk menciptakan simulasi kepentingan pemerintah dan
kegiatan dalam bidang pertanian.
Arsitektur
Untuk arsitektur
memiliki beberapa aspek utama. Tembok kota, yang digunakan untuk pertahanan,
telah dibuat lagi, dan memang beberapa dinding sekunder juga kadang-kadang
dibangun untuk memisahkan daerah yang berbeda. Fleksibilitas dalam struktur
federal telah ditekankan, untuk menciptakan rasa kekuatan dan kekuasaan mutlak.
Unsur-unsur arsitektur seperti menara tinggi, pintu tiang, teras, dan bangunan
tinggi dijelaskan dikemukakan ini.
Filsafat
dan Sastra
Bahasa tertulis Chin adalah logographic,
sebagai Chou telah. Sebagai salah satu prestasi yang paling berpengaruh dalam
kehidupan, Perdana Menteri Li Si standar sistem tertulis untuk menjadi ukuran
seragam dan bentuk di seluruh negara. Ini akan memiliki efek penyatuan budaya
Cina selama ribuan tahun. Dia juga dikreditkan dengan menciptakan "kurang
segel". Gaya kaligrafi, yang berfungsi sebagai dasar bagi Cina modern dan
masih digunakan dalam kartu, poster dan iklan.
Selama Periode berperang, Seratus
Sekolah Pemikiran terdiri dari berbagai filosofi yang diusulkan oleh ulama
Cina. Dalam 221 SM, bagaimanapun, Kaisar Pertama menaklukkan semua negara dan
dikelola dengan filosofi tunggal, legalisme. Setidaknya satu sekolah pemikiran,
Mohism, telah dihapus, meskipun alasan yang tidak diketahui. Meskipun ideologi
negeri Chin dan Mohism yang serupa dalam hal tertentu, itu adalah mungkin bahwa
Mohists telah dicari dan dibunuh oleh tentara negeri karena kegiatan
paramiliter.
Sekolah Konfusius itu pemikiran, disebut
Konghucu, adalah juga berpengaruh saat yang Periode Amerika berperang, serta
seluruh banyak yang Dinasti Chou kemudian dan awal periode imperialis. Ini
sekolah pemikiran memiliki satu disebut Confucian kanon sastra, dikenal sebagai
"enam klasik": Odes, Dokumen, Ritual, Musik, Spring dan Autumn
Parameswara, dan Perubahan, yang terkandung literatur Cina pada waktu itu.
Selama Dinasti Chin,
Konghucu-bersama-sama dengan semua yang lain bukan Legalis filsafat telah
ditindas oleh Kaisar Pertama; awal Dinasti Han kaisar melakukan hal yang sama.
Legalisme mengecam sistem feodal dan mendorong hukuman yang berat, terutama
ketika kaisar telah memberontak. Hak individu telah menurunkan nilai ketika
mereka bertentangan dengan itu pemerintah atau kehendak pemerintah, dan
pedagang dan ulama telah dianggap tidak produktif, patut untuk penghapusan.
Satu-langkah yang lebih drastis yang digunakan untuk mencapai pemberantasan
yang sekolah lama pemikiran adalah yang pembakaran terkenal buku dan menanam
ulama, kejadian yang hampir singlehandedly memberikan Dinasti Chin reputasi
buruk di kalangan ulama kemudian. Kaisar Pertama, dalam upaya untuk memperkuat
daya, mengarahkan membakar semua buku-buku non-pandangan filsafat Legalis dan
subjek intelektual. Hukum ini telah disetujui pada 213 SM, dan juga ditetapkan
bahwa semua ulama yang menolak untuk menyerahkan buku-buku mereka untuk dibakar
akan disempurnakan oleh pemakaman prematur. Teks hanya dianggap produktif oleh
Legalists telah dipelihara, kebanyakan tentang hal-hal yang pragmatis, seperti
pertanian, peramalan dan medis. Namun, kontroversi tetap mengenai
"membakar buku dan menanam ulama". Kini, banyak Sinologists
berpendapat bahwa "menanam ulama", seperti yang tercatat dalam Grand
Historian, tidak benar-benar benar, sebagai istilah mungkin berarti hanya
"dihukum mati."
Agama
Kepercayaan agama yang dominan di China
selama pemerintahan Chin, dan, sebenarnya, saat lebih awal kekaisaran Cina,
telah berfokus pada shen (sekitar menerjemahkan "roh"), yin
("bayangan"), dan alam mereka dikatakan, kuasailah orang Cina yang
ditawarkan pengorbanan dalam upaya untuk menghubungi ini dunia yang lain, yang
mereka percaya untuk menjadi sejajar dengan satu duniawi. Orang mati itu
mengatakan hanya telah berpindah dari satu dunia yang lain. Upacara-upacara
tersebut, serta lain-lain, melayani dua tujuan: untuk memastikan bahwa mati
mengembara dan tinggal di dalam alam lain, dan untuk menerima berkat dari alam
roh.
Praktek agama biasanya diadakan di kuil
lokal dan daerah suci, yang berisi mezbah korban. Saat korban atau upacara
lain, indera semua peserta dan saksi akan indera dan kabur dengan asap,
kemenyan, dan musik. Sacrificer timah akan cepat dan bermeditasi sebelum korban
untuk terus mengaburkan akal sehatnya dan meningkatkan kemungkinan fenomena
perceiving batin. Peserta lain juga tersedia, meskipun tidak ketat.
Kabur seperti indra adalah juga faktor
dalam praktek perantara roh, atau mediumship. Praktisi seni akan jatuh ke
trances atau menari untuk melaksanakan tugas-tugas yang ghaib. Orang-orang ini
sering akan meningkat ke kekuasaan sebagai hasil dari mereka seni-Luan Da,
sederhana Dinasti Han, telah diberikan pemerintahan lebih 2.000 rumah tangga.
Diperhatikan Han sejarawan Sima Qian arogan praktek itu, menolak mereka sebagai
tipu muslihat bodoh.
Ramalan untuk memprediksi dan atau
mempengaruhi masa depan adalah satu lagi bentuk praktek agama. Sesuatu praktek
kuno yang biasa selama Dinasti Chin, patah tulang atau cangkang penyu untuk
menimba ilmu pengetahuan masa depan. Bentuk ramalan yang muncul saat awal
kekaisaran Cina adalah berbagai, bahkan mengamati fenomena alam adalah metode
biasa. Komet, gerhana, dan kekeringan telah dianggap pertanda sesuatu yang akan
datang.
Etimologi
China
Nama Chin terpercaya menjadi moyang
etimologi nama modern negara Eropa, China. Kata mungkin dibuat cara ke bahasa
Indo-Aryan pertama sebagai 'Cina' atau 'Sina' dan kemudian ke dalam bahasa
Yunani dan Latin sebagai 'Sinai' atau 'Thinai'. Ia kemudian ditransliterasi ke
dalam bahasa Inggris dan Perancis sebagai 'Cina' dan 'Chine'. Ini etimologi
ditolak oleh beberapa ulama, yang mengusulkan bahwa 'Sina' dalam bahasa
Sansekerta berkembang lebih awal sebelum dinasti Qin. 'Jin' (disebut sebagai
'Zhin'), sebuah negeri yang dikendalikan oleh Dinasti Zhou di 7 abad SM, adalah
satu lagi asal yang mungkin.
Raja-raja
Dinasti Chin
1 Zhaoxiang --Ying Ze atau Ying Ji (306
SM - 250 SM)
2 Xiaowen --Ying Zhu (250 SM)
3 Zhuangxiang - Ying Zichu (249 SM - 247
SM)
4 Shih Huang Ti - Ying Zheng (246 SM -
210 SM)
5 Er Shih Huang Ti --Ying huhai (210 SM
- 207 SM)
6 Ying Ziying (206 BC)
2.1.4 Masa
Berakhirnya Dinasti Chin
Pada tahun 210 SM Shih Huang
Ti meninggal dunia, hal ini terjadi sedang dalam perjalanan (inspeksi). Hal
meninggalnya kaisar dirahasiakan selama rombongan belum sampai ke istana
(dikawatirkan akan timbul pemberontakan) sebab pada masa pemerintahannya penuh
dengan kekejaman dan kebengisan. Untuk mengelabuhi mata orang banyak, maka
seorang hamba istana didudukan dalam suatu kreta tertutup yang memuat peti jenazah
kaisar berlaku sebagai Shih Huang Ti dalam perjalanan menuju ke istana dengan
memberikan jawaban-jawaban atas laporan-laporan para opsir.
Segera setelah Shih Huang Ti
meninggal, mulailah timbul suatu komplotan. Memang sebelum ia meninggal
sebenarnya telah menulis sepucuk surat kepada putra sulungnya, yakni Fu Su yang
ketika itu berada diperbatasan utara sebagai orang buangan (sebagai mandor
dalam pembuatan tembok raksasa karena menentang ayahnya ketika menghukum para
sastrawan yang tidak mau menyerahkan bukunya untuk dimusnahkan). Dengan surat
itu sebenarnya Shih Huang Ti mengangkat putranya sebagai pengganti. Akan tetapi
karena pada masa itu timbul komplotan yang terdiri dari Li Su (penasehat utama
Shih Huang Ti) dan Chao Kao membuat
surat palsu yang ditujukan kepada fu Su agara supaya bunuh diri. Selanjutnya
komplotan itu memaklumkan suatu sabda kaisar palsu yang mengangkat putra kedua,
yakni Hu Hai sebagai penggantinya. Putra kedua inilah yang kemudian menaiki
singgasana dengan gelar “Erl Shih Huang Ti”, yakni kaisar kedua, suatu gelar
yang digunakan menurut Shih Huang Ti, yang ingin melihat sejarah Tiongkok
dimulai dengan kejayaannya dan ia sendiri sebagai kaisar pertama, putranya
sebagai kaisar kedua dan cucunya sebagai kaisar ketiga dan seterusnya.
Erl Shih Huang Ti, ternyata
dalam hal kesombongan dan pembawaan sama dengan ayahnya akan tetapi tidak cakap
dan bahkan dibawah pengaruh Chao kao. Dengan demikian orang yang berpengaruh
saat itu ialah Chao kao dan Li Ssu. Namun diistana akhirnya timbul kekacauan
akibat pemalsuan surat waisat. Selanjutnya Chao Kao membunuh pembantu-pembantu
Shih Huang Ti seperti Meng Tien, dan Li Ssu. Bersamaan dengan itu didaerah
muncul suatu pemberontakan dibawah pimpinan Chen She. Adapun latar belakangnya,
rombongan mereka datang terlambat untuk membuat tembok didaerah utara. Padahal
ada sanksinya, siapa yang datang terlambat akan dihukum, maka rombongan ini
memutuskan sebelum hukuman dijatuhkan lebih baik mereka memberontak terlebih
dahulu. Pemberontakan akhirnya dapat dipadamkan, namun kemudian pada tahun 207 SM
Erl Shih Huang Ti dibunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya diangkatlah cucu
Shih Huang Ti yakni Tze Ying.
Setelah Tze ying menaiki
singgasana, ia mengetahui perbuatan-perbuatan Chao Kao yang begitu keji, maka akhirnya
ia memerintahkan untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya. Dengan ini
berarti situasi kerajaan menajdi semakin kacau. Kekacauan ini kemudian
digunakan oleh kaum pemberontak untuk merebut tahta kerajaan. Pemberontakan
yang dipimpin oleh Hsiang Yu berhasil memasuki istana dan berhasil membunuh Tze
Ying. Dengan meninggalnya Tze Ying berarti berakhirlah dinasti Chi’in. biarpun
Shih Huang Ti berusaha sekuat tenaga gar tiongkok (Cina) tetap diperintah oleh
keturunannya, namun dinastinya hanya bertahan selama 15 tahun.
Sementara itu terjadilah
perebutan kekuasaan antara Hsiang Yu dengan Liu Pang dan berakhir dengan
kemenangan Liu Pang dan berhasil mendirikan Dinasti baru yakni Diansti Han.
2.1.5 Perkembangan
Seni dan Teknologi Semasa Dinasti Chin
Salah satu peninggalan terbesar Dinasti
Ch’in adalah makam Kaisar Ch’in Shi Huang Ti
yang terletak di Xi’an, Provinsi Shaanxi. Penemuan ini terjadi secara
tidak kebetulan ketika beberapa orang pekerja sedang melakukan pengeboran guna
mencari sumber air. Mereka menemukan patung-patung prajurit dan kuda dalam
ukuran sebenarnya.
Kaisar Ch’in Shih Huang Ti memang memerintahkan
pembuatan patung-patung itu prajurit itu dengan maksud agar dapat menyertainya
di alam baka. Patung-patung itu di beri warna terang atau sampai sejumlah 12
hingga 13 warna. Sehingga inilah yang menyebabkan mengapa patung-patung itu
tidak ada yang sama sepenuhnya. Secara keseluruhan, terdapat delapan jenis
patung:
1)
Jenderal yang dikenali
melalui ukuran tubuhnya, penampilanya yang berwibawa, serta pengerjaan yang
teliti hingga rincian sekecil-kecilnya;
2)
Pejabat militer tingkat
tinggi, yang dikenali melalui ukuran tubuhnya, sikapnya yang berwibawa, serta
baju zirah penuh hiasan yang dikenakannya;
3)
Pasukan kavaleri;
4)
Pengemudi kereta
perang;
5)
Anggota pasukan
penunggang kuda, yang digambarkan sedang mengenakan pelindung kepala.
6)
Pasukan infanteri, baik
yang mengenakan baju zirah atau tidak. Masing-masing memegang senjata yang
berbeda.
7)
Pasukan panah yang
digambarkan sedang berlutut dalam posisi menembakkan panah.
8)
Pasukan yang bertarung
dengan tangan kosong. Digambarkan tidak bersenjata dan tidak memakai baju
zirah.
Sebagai tambahan, senjata yang dipegang
oleh patung-patung ini adalah senjata asli. Barang kali agar terkesan lebih
hidup. Patung-patung ini memperlihatkan tingginya mutu karya seni semasa
dinasti Ch’in. Makam
luar biasa ini, juga dilengkapi dengan peta China beserta tiruan
sungai-sungainya yang dialiri dengan air raksa.
Karya besar lainnya yang dihasilkan
semasa Dinasti Ch’in adalah istana kerajaan yang disebut dengan Istana E pang.
Tetapi istana ini hanya salah satu diantara sekian banyak istana yang didirikan
oleh kaisar pertamaa dinasti Ch’in. Sayangnya, kompleks istana ini habis dibakar oleh Xiang Yu, dan
konon karena luasnya yang luar biasa itu, api terus berkobar selama 3 bulan.
Prestasi lain yang dilakukan kaisar pertama Dinasti Ch’in adalah penyatuan
system penulisan, anak timbangan, ukuran, mata uang dan lain sebagainya.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dinasti Ch’in pada masanya
sebagai Dinasti yang bisa mempersatukan Cina, dan juga Dinasti Ch’in ini
berhasil mencetuskan sistem pemerintahan kekaisaran yang dapat berlangsung
sampai dengan awal abad ke-20.
Raja-raja
Dinasti Chin
1 Zhaoxiang --Ying Ze atau Ying Ji (306
SM - 250 SM)
2 Xiaowen --Ying Zhu (250 SM)
3 Zhuangxiang - Ying Zichu (249 SM - 247
SM)
4 Shih Huang Ti - Ying Zheng (246 SM -
210 SM)
5 Er Shih Huang Ti --Ying huhai (210 SM
- 207 SM)
6 Ying Ziying (206 BC)
Dibawah pemerintahan Shih
Huang Ti, seluruh Cina Berhasil dipersatukan. Akan tetapi sifat Shih Huang Ti
yang bengis membuat masyarakatnya tidak senang padanya. Di akhir Dinasti Chiin
banyak pemberontakan untuk berebut kekuasan hingga Dinasti Ch’in runtuh.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo. 1997. “Sejarah Asia timur
1”. Semarang: UNS
G.J Rommelink,
Willem. 1982. “Sejarah Asia Timur”. Yogyakarta: UGM..
Taniputera, Ivan, 2008. “History Of
China”. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
http//.www.wikipedia.com,
“Sejarah china”. html
http//.www.google.com,
“Dinasti-dinasti China”.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar