Minggu, 14 Desember 2014

Makalah Sejarah Asia Timur Dinasti Chin



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Cina adalah salah satu Negara didaratan Asia yang memiliki peradaban yang telah cukup tua. Nama Cina berasal dari orang-orang Cina, tetapi dari luar atau barat. Cina berasal dari kata Ch’in atau Tsjin yaitu nama suatu dinasti yang pernah memerintah di Cina pada abad ke tiga SM (221-206 SM). Sedangkan orang Cina sendiri menyebut Cina dengan nama Tiongkok, nama Tiongkok diturunkan dari kata “Chung Kuo atau Chung Kuok” yang berarti “Negara tengah”, Negara yang menjadi pusatnya dunia.
Pada abad ke tiga SM (221-206 SM) setelah Dinasti Chou berakhir, Negara vassal Chin telah berhasil menaklukan 6 (enam) Negara Vassal yang lain dibawah pimpinan Ch’eng, selanjutnya berhasil mendirikan Dinasti Ch’in. setelah menjadi penguasa Ch’eng menggunakan gelar Shih Huang Ti (Chi’in Shih Huang Ti) yang artinya (san Huang Ti: tiga Huang dan lima Ti), untuk menunjukan kebijaksanaanya dan kepandaiannya ia menggunakan gelar Huang Ti, dimana dalam gelar ini terhimpun gelar tiga Raja dan lima Kaisar tersebut. Maka itu Dinasti ini menjadi sangat penting dalam sejarah Cina.  Setelah Shih Huang Ti meninggal timbulah berbagai polemik untuk berebut kekuasan.
Pada akhir Dinasti Ch’in terjadilah perebutan kekuasaan antara Hsiang Yu dengan Liu Pang. Sejak saat itu Liu Pang menjadi pemenang dan berhasil mendirikan Dinasti baru yaitu Dinasti Han. Zaman Han merupakan Zaman kejayaan yang paling lama dalam sejarah Cina. Dinasti Han berhasil mencapai kesatuan politik dan kebudayaan.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat ditentukan beberapa rumusan masalah antara lain:
1)                  Bagaimanakah masa pemerintahan pada dinasti Chin hingga berakhirnya Dinasti tersebut?
2)                  Bagaimankah perkembangan kekuasaan di china setelah Dinasti Chin runtuh?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah:
1)             Mengetahui tentang sejarah dari Dinasti Chin di Cina pada abad ke tiga SM;
2)             Memahami perkembanagn kekuasaan di China setelah dinasti Chin runtuh.
1.4   Manfaat Penulisan makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik berupa tambahan pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang Dinasti Chin di China, dan juga semoga memberikan manfaat bagi penulis sendiri.





BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Dinasti Chin (221 – 206 SM)
2.1.1 Awal Berdirinya Dinasti Chin

Dalam waktu tiga puluh tahun setelah Dinasti Chou berakhir, Negara vassal Chin telah berhasil menaklukan 6 (enam) Negara Vassal yang lain dibawah pimpinan Ch’eng, selanjutnya berhasil mendirikan Dinasti Chi’in. setelah menjadi penguasa Ch’eng menggunakan gelar Shih Huang Ti (Chiin Shih Huang Ti). Memang raja Ch’eng menganggap dirinya lebih kuat dari tiga raja dan lima kaisar. Untuk menunjukkan kebijakan dan kepandaiannya ia menggunakan gelar Huang Ti.
Dinasti Qin[秦朝] (Tahun 221 sebelum Masehi ~ Tahun 206 sebelum Masehi) merupakan Dinasti Pertama China yang menyatukan keragaman suku bangsa di Negara China dalam satu Kebangsaan tunggal Nasional China dan juga merupakan Dinasti Pertama yang  menggunakan sistem pemerintahan terpusat  (sentralisasi) yaitu sistem pemerintahaan yang  Kekuasaannya terletak penuh ditangan Kaisar yang juga merupakan dasar dari Sistem Kekaisaran feodal yang diteruskan oleh dinasti-dinasti setelahnya selama ribuan tahun.
Kaisar Pertamanya yaitu Kaisar Qin Shi Huang (Shi Huang Di [始皇帝]) berhasil mengakhiri perpecahan antar negara-negara bagian adipati di masa periode Negara berperang (Zhan Guo [战国]) yang berlangsung selama 500 tahun lamanya.
Dengan Kekuatan Ekonomi dan Militernya, Kerajaan Qin berhasil menyatukan kembali daratan China dengan melenyapkan 6 kerajaan lainnya. Yin Zheng [赢政] yaitu nama asli Kaisar Qin yang memakai gelar Kaisar Qin Shi Huang pada tahun ke-26-nya merubah sistem politik desentralisasi menjadi sentralisasi, tidak ada sistem Negara bagian adipati dibawah kekuasaannya. Sistem Politik tersebut sangat berbeda dengan sistem politik pada dinasti-dinasti sebelumnya sehingga penerapannya juga menghadapi banyak tantangan dan perlawanan dari pejabat yang memiliki pemikiran politik yang masih bersifat konvensional.
Yin Zheng kemudian juga merubah gelar Raja (Wang []) menjadi Kaisar (Huang Di [皇帝]) , istilah Huang [] diambil istilah  “San Huang [三皇]” dan Di [] dari istilah “Wu Di [五帝]” dan menetapkan Kota Xian Yang [咸阳] sebagai Ibukotanya. Kaisar Qin Shi Huang membagi Daratan China menjadi 36 Propinsi yang kepala daerahnya langsung ditunjukan oleh Pemerintah Pusat dan tidak dapat menjabat secara turun menurun. Di Pemerintahan Pusat, dibentuk Jabatan Perdana Menteri Kanan dan Kiri [左右丞相],  Yu Shi Ta Fu [御使大夫], Tai Wei [太尉], Jiang Jun [], Ting We [廷尉] dan jabatan lainnya. Kaisar Qin Shi Huang juga mempersatukan penggunaan Bahasa dan Tulisan serta satuan Pengukuran seperti derajat, kepanjangan dan berat. Dibawah Perdana Menteri Qin yang bernama Li Shi, Tulisan Qin Zhuan [秦篆] disebut juga dengan Xiao Zhuan [小篆] ditetapkan sebagai bentuk tulisan resmi di Dinasti Qin. Pada tahun 221 sebelum Masehi, Kaisar Qin Shi Huang menetapkan Peraturan untuk mempersatukan Tulisan, Uang, Sistem Pertanahan, Sistem Transportasi dan sistem-sistem lainnya.
Untuk mengurangi ancaman dari Suku Minoritas Xiong Nu [匈奴] di daerah Utara, Kaisar Qin Shi Huang mengirimkan 300,000 ribu tentara dibawah pimpinan Jenderal Besar Meng Tian untuk menyerang suku Xiong Nu tersebut.  Kaisar Qin Shi Hung juga memerintahkan untuk membangun Tembok Keamanan yang kemudian dikenal dengan nama Wan Li Chang Cheng [万里长城] yaitu Tembok yang panjangnya puluhan ribu miles. Di Dalam Negeri, Kaisar Qin Shi Huang memerintahkan untuk melakukan pembangunan besar-besaran terhadap Istana dan Kuburan Kekaisaran sehingga memerlukan keuangan dan tenaga kerja yang sangat banyak sekali.
Kaisar Qin Shi Huang dalam 12 tahun masa pemerintahannya sering melakukan perjalanan mengelilingi Negerinya. Tujuan dari perjalanan-perjalanan tersebut antara lain adalah untuk melakukan upacara Ritual Doa untuk keselamatan dan kebahagian serta untuk menunjukan Kewibawaan dan kekuasaan kepada Rakyatnya. Berikut ini adalah perjalanan-perjalanan yang pernah dilakukan oleh Kaisar Qin Shi Huang :
1.              Tahun 220 Sebelum Masehi, melakukan perjalanan ke daerah Long Xi [陇西] dan 2 Propinsi di bagian utara.
2.              Tahun 219 Sebelum Masehi, melakukan perjalanan ke Gunung Zou Yi [邹峄].
3.              Tahun 218 Sebelum Masehi melakukan perjalanan ke Gunung Zhi Fu [芝罘].
4.              Tahun 215 Sebelum Masehi melakukan perjalanan ke Gunung Jie Shi [碣石].
5.              Tahun 210 Sebelum Masehi melakukan perjalanan ke Gunung Jiu Yi [九疑].
Demi untuk mencari cara untuk hidup abadi, Kaisar Qin Shi Huang memerintahkan Xu Fu [徐福] untuk melakukan pelayaran ke seluruh penjuru dunia untuk mendapatkan cara untuk menjadi Dewa, tetapi Xu Fu tidak pernah kembali lagi ke negerinya.
Dalam Perjalanan ke-5 kalinya, Kaisar Qin Shi Huang wafat dalam perjalanan pulang. Perdana Menteri Li Shi dan Kasim Zhao Gao bersekongkol memalsukan Surat Perintah Kaisar untuk membunuh Jenderal besar Meng Tian [蒙恬] dan Pangeran Fu Shu [] agar dapat mengangkat anak ke 18 Kaisar Qin Shi Huang yang bernama Hu Hai [胡亥] naik ke tahta Kekaisaran menjadi Kaisar Qin Er Shi [秦二世]atau Kaisar Qin II. Beberapa waktu kemudian, Perdana Menteri Li Shi juga dibunuh oleh Kasim Zhao Gao sehingga kekuasaan Dinasti Qin sepenuhnya dikuasai oleh Hu Hai dan Kasim Zhao Gao. Tetapi Kaisar Qin II sangat lemah dan tidak bermoral dan mengikuti semua perkataan Kasim Zhao Gao sehingga banyak pejabat kekaisaran dan Rakyat tidak puas dan kecewa. Dimana-mana terjadi pemberontakan, diantaranya adalah pemberontakan Chen Sheng dan Wu Guang pada tahun 209 sebelum masehi, pemberontakan Xiang Yu dan Liu Bang di tahun 207 sebelum masehi sehingga mempercepat keruntuhan Dinasti Qin.
Pada Tahun 206 Sebelum Masehi, Zhao Gao memaksa Kaisar Qin II (Qin Er Shi) bunuh diri kemudian mengangkat Zi Ying [] menjadi Kaisar Qin III. Tetapi saat itu, Liu Bang telah menyerang ibukota Xian Yang, Kaisar Qin III akhirnya membunuh Zhao Gao dan menyerahkan diri kepada Liu Bang. Dengan demikian pemerintahan Dinasti Qin berakhir.
Dalam perpolitikan pemerintahan Dinasti Qin, pembagian Negara adipati dihilangkan dan kepala daerah diutuskan langsung oleh pusat sehingga memperkuat kekuasaan Kaisar. Pada Tahun 212 Sebelum Masehi, Kaisar Qin Shi Huang menyetujui usulan dari Perdana Menteri Li Shi untuk membakar habis semua buku simpanan pribadi (kecuali Buku sejarah Qin, Buku kedokteran, Buku Pertanian dan Buku Peramalan) dan mengubur secara hidup-hidup para pemikir dan pengikut konsep Lu [儒学] sekitar 460 orang. Tindakan tersebut dikenal dengan istilah  “Fen Shu Keng Ru [书坑儒]”, jika diterjemahkan langsung adalah membakar buku dan mengubur pengikut Lu.
Hal ini dilakukan Kaisar Qin Shi Huang untuk menekan para pengikut Lu agar sistem politik baru yang diterapkannya dapat berlangsung dengan baik dan mulus. Tetapi karena Keuangan dan sebagian besar penduduknya dipakai dalam mengadakan pembangunan-pembangunan yang besar  seperti pembangunan Istana, Tembok Raksasa dan tempat pemakaman Kekaisaran, penduduk yang digunakan untuk sektor pertanian dan sektor perekonomian lainnya menjadi sangat sedikit sehingga perkembangan ekonomi saat itu mengalami penurunan. Saat itu, penduduk Dinasti Qin hanya berjumlah sekitar 20-jutaan orang, pembangunan pemakaman memakai sekitar 1,5 jutaan orang,  Penjagaan Lima Gunung penting sekitar 500 ribuan orang, Prajurit untuk pertahanan di perbatasan Xiong Nu sekitar 300 ribuan orang, Pembangunan Pagar Raksasa sekitar 500 ribuan orang dan pembangunan lainnya sekitar 300 ribuan orang. Jadi sekitar 15% penduduknya dipakai untuk melakukan pembangunan-pembangunan yang disebut diatas.
Kaisar Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada putus-putusnya antara negara-negara bagian feodal untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi (disebut dengan “Masa Perang Antar Negeri” yang berlangsung dari tahun 475 – 221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuang Xiang dari Kerajaan Qin dan ibunya bernama Zhao Ji yang merupakan bekas selir dari pedagang kaya Lu Buwei. Para kritikus kemudian mengatakan bahwa Zheng sesungguhnya adalah anak dari Lu Buwei, namun sifat-sifat anak tersebut, yakni kemampuannya dalam strategi digabungkan dengan semangat peperangan merupakan ciri khas para penguasa Qin sebelumnya.
Tatkala berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dan Zheng dinobatkan sebagai penguasa baru dari Kerajaan Qin. Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji memerintah sebagai wali, namun tatkala keduanya terlibat skandal, jabatan sebagai wali raja itupun dihapuskan dari tangan mereka. Semenjak tahun 238 SM Zheng memerintah sendirian. Kerajaan Qin saat itu menganut ajaran legalisme (Fajia) dari Shang Yang, yang mengatakan bahwa pemerintah harus diperintah dengan keras. Shang Yang mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya jahat dan harus diperintah dengan menggunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang menekankan tentang pelaksanaan hukum dengan tegas sebagai landasan pembangunan negara, tetapi bukan berarti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Tegasnya pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang bulu, bahkan ada bangsawan juga yang dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku..
Seumur hidupnya Shih Huang Ti memperlihatkan tenaga kerja yang jarang terdapat dalam keluarga raja-raja. Ia dilukiskan sebagai berikut: “Raja Negara Chi;in adalah orang yang berhidung besar, bermata besar dan mempunyai dada seperti dada seokor burung elang, suaranya seperti seekor anjing hutan, ia sedikit sekali menaruh rasa kasihan dan ia berani seperti seekor harimau atau seekor serigala”.
Shih Huang ti memegang kendali pemerintahan sejak umur 13 tahun. Keberhasilan Shih Huang Ti mempersatukan Cina. Pertama, karena Negara Chi’in terletak diantara Shensi dan Kansu, letak yang sangat strategis yakni mudah mengadakan serangan dan sulit untuk diserang. Kedua, karena dia mempunyai banyak ahli tatanegara yang pandai, seperti Hertog Mu, Hertog Hsio, Shang Yang, Lu Pu Wei, Han Fei Tze dan Li Ssu.



2.1.2 Reformasi Shang Yang
Memang pada masa itu, di Chin banyak orang-orang pandai dibidang pemerintahan. Berdirinya Dinasti Chin membuka lembaran baru dalam sejarah Cina. Dinasti Chin dibangun diatas konsepsi ajaran golongan legalitas  dibawah pimpinan perdana mentri Shang Yang, yang menerapkan hukum dengan tegas sebagai landasan bagi pembangunan Negara, tetapi bukan memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Seorang bangsawan juga harus dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku. sehingga kerajaan Chin menjadi kuat. Kebijakan yang dilakukannya yaitu:

1.      Menghapus gelar bangsawan secara waris, hanya orang yang memiliki jasa dalam perang yang dapat memperoleh gelar bangsawan, anak cucu tidak dapat mewarisinya.
2.       Menata administrasi pemerintahan, mengumpulkan kota-kota kecil menjadi 31 kabupaten dan menetapkan pejabat untuk menjalankan kebijakan pemerintah pusat.
3.      Melarang terciptanya keluarga besar, yakni bila satu keluarga terdiri dari dua kepala keluarga, maka keluarga itu harus membayar pajak ganda, dengan cara ini mendorong masyarakat berkembang untk mendirikan rumah tangga sendiri setelah berkeluarga dan berkembanglah populasi rakyat.
4.      Melaksanakan landreform, bagi rakyat yang membukan lahan diberikan hak milik atas lahan yang dibuka, sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat dan pendapatan rakyat bertambah.
5.      Otonomi daerah. Membagi penghuni di daerah menjadi kelompok-kelompok dan masing-masing memilih sendiri ketua kelompoknya. 
6.      Menetapkan pangkat militer dan hadiah atas jasa mereka, sehingga kemampuan militernya meningkat drastis. 
7.      Memberikan hadiah atas hasil pertanian kepada petani yang sukses dalam bercocok tanam dan menghukum mereka yang panennya berkurang. Jadi yang dirangsang adalah kompetisi produksi
8.       Mendirikan ibukota baru di Xianyang yang lebih strategis secara geografis.
9.      Menyatukan segala macam ukuran, antara lain ukuran satuan panjang, ukuran kereta, lebar jalan raya, dan lain sebagainya, agar memiliki standar yang tetap.
10.   Menetapkan undang-undang yang adil dan tegas dalam pelaksanaannya, jika putra mahkota melanggar hukum, bukan dia saja yang akan dihukum namun gurunya yang mengajarnya juga harus menerima hukuman. (zaman dulu guru itu menetap di istana dan selalu mendampingi putra mahkota).
Reformasi Shang Yang tersebut diterapkan pada masa pemerintahan Raja Xiaogong, kurang lebih seratus tahun sebelum lahirnya Ying Zheng yang kelak mempersatukan kembali seluruh china.
Reformasi dari Shang Yang tersebut di terapkan di masa Qin Shiaugong, sebelum masa Qin Shihhuang, bahkan setelah Qin Shiaugong meninggal, Shang Yang dicincang sampai mati oleh para bangsawan yang membencinya karena mereka kehilangan eksklusivitas setelah penerapan sistim ketatanegaraan yang baru. Sepuluh tahun setelah reformasi Shang Yang, Qin dari negara yang lemah tumbuh menjadi negara yang kuat, kira-kira seabad kemudian barulah Zheng lahir, dimana ia telah memiliki modal kuat untuk menyatukan daratan Tiongkok.
Antara tahun 230 – 221 SM, mulailah usaha Zheng untuk menaklukkan seluruh Tiongkok. Pada tahun 221 SM usaha ini berhasil dan ia mendirikan dinasti baru sebagai pengganti Dinasti Zhou serta menggelari dirinya sebagai Qin Shihuangdi, yang berarti “Kaisar Pertama dari Dinasti Qin”. Dia adalah raja pertama yang tidak menobatkan dirinya sebagai raja, melainkan Kaisar. Istilah baru yang dipergunakan untuk menggelari dirinya terdiri dari dua huruf, “huang” dan “di”, yang keduanya sama-sama berarti raja (penggunaan dua kata ganda yang berarti raja ini mengindikasikan bahwa Ying Zheng hendak mengatakan bahwa dirinya lebih dari sekedar raja).
Gelar baru sebagai sebutan bagi kaisar tersebut digunakan hingga dinasti Qing (dinasti terakhir Tiongkok). Keberhasilannya ini menunjukkan kejeniusannya untuk menyatukan Tiongkok dari keterpecah-belahannya menjadi suatu pemerintahan terpusat yang kuat. Untuk memudahkan administrasi pemerintahan, Zheng membagi negerinya menjadi 36 provinsi, yang dihubungkan oleh jalan raya dengan total panjang sebesar 7500 km, dimana ini jauh melebihi prestasi Bangsa Romawi dalam membangun jalan raya.
Pada masa pemerintahnnya Tiongkok juga masih sering mengalami serangan bangsa barbar dari utara. Untuk menangkal hal tersebut Kaisar Qin Shihuangdi memerintahkan pembangunan tembok besar yang kemudian para prakteknya dilakukan dengan penuh kekejaman. Tembok yang membentang sekitar 3000 km ini merupakan satu-satunya bangunan di dunia yang dapat dilihat di bulan dan merupakan salah satu prestasi Bangsa Tionghoa. Kaisar Qin juga melakukan standardisasi huruf dan ukuran yang berlaku di negerinya, sehingga sebagai hasilnya kita pada hari ini hanya mengenal satu sistim penulisan huruf Mandarin. Ini semua dapat dikatakan jasa dari Kaisar Qin Shihuangdi.
Meskipun demikian terlepas dari jasa tersebut, Kaisar Qin Shihuangdi merupakan seorang tiran yang kejam. Salah satu kekejaman yang dilakukannya adalah dengan membakar buku-buku karya para ahli filsafat pada jaman sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kritik terhadap pemerintahannya. Para sarjana yang menolak untuk menyerahkan kitab-kitab tersebut menjalani hukuman dikubur hidup-hidup. Sedangkan buku2 yang tidak dimusnahkan adalah buku2 pertanian dari Nong Jia (ilmu pertanian), buku2 seni perang dari Bing Jia, buku-buku ramalan , dan buku-buku pengobatan. Yang dimusnahkan terutama adalah buku2 yang bertentangan dengan Aliran Fajia. Tapi buku-buku itu tidak semuanya habis dibakar atau disensor. Buktinya pada masa Dinasti Han masih banyak yang memiliki buku2 yang beraliran Ru Jia (Konfusianisme). Salah satu faktor yang membuat Qin Shihuang marah terhadap penganut Ru Jia adalah ketika Qin Shihuang hendak mengadakan upacara Feng Shan (semacam upacara pengukuhan/legitimasi sebagai kaisar oleh para leluhur) digunung Tai, ternyata penganut Ru Jia tidak tahu bagaimana tata cara upacara Feng Chan itu, bahkan sesama penganut Konfusianisme itu sendiri malah saling bertengkar tentang tata cara Feng Shan , dan kasus ini juga menimpa kaisar Han Wudi.
Pembangunan tembok besar itupun juga menimbulkan banyak korban jiwa. Hal ini terjadi karena buasnya alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan, karena tidak ada waktu untuk mengubur orang yang
meninggal, maka mayat-mayat tersebut juga ikut dimasukkan ke dalam tembok besar tersebut.
Karena kekejamannya Dinasti Qin tidak bertahan lama, dan hanya berlangsung selama dua generasi. Kaisar Zheng wafat pada tahun 210 SM saat sedang dalam perjalanan. Seharusnya yang ditunjuk sebagai pengganti adalah putera pertama kaisar yang bernama Fu Su. Namun Li Si, penasehat kaisar memalsukan surat perintah yang isinya memerintahkan agar Fu Su melakukan bunuh diri. Li Si kemudian merekayasa agar putera kedua raja, yang bernama Hu Hai naik tahta dan bergelar Er Shihuangdi (Kaisar Kedua). Pada jamannya terjadi penindasan yang lebih besar terhadap rakyat dengan jalan menaikkan pajak. Para petani yang telah menderita hidupnya di bawah Dinasti Qin melakukan pemberontakan, dimana pemberontakan – pemberontakan ini kemudian semakin meluas bagaikan cendawan di musim hujan.
Sejarahwan terkenal pada jaman Dinasti Han, Tong Zhongshu menyebutkan mengenai jaman sengsara tersebut dengan ungkapan sebagai berikut: “Orang miskin kerapkali memakai pakaian lembu dan kuda serta makan makanan anjing dan babi”.
Salah satu pemberontakan yang paling terkenal dipimpin oleh Liu Bang. Pada tahun 206 SM, pemberontakan ini berhasil dan Ziying, kaisar terakhir Dinasti Qin yang baru memerintah selama 46 hari menyerah pada Liu Bang. Dinasti Qinpun tamat sudah riwayatnya.
Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, arti penting Dinasti Qin bagi kebudayaan Tionghoa adalah penyeragaman tulisan, dimana sebelumnya terdapat beberapa ragam tulisan. Kalau pada masa ini kita hanya menjumpai satu sistim penulisan Bahasa Mandarin, maka ini adalah jasa Kaisar Qin Shihhuangdi. Lebih jauh lagi nama “China”, yakni sebutan Bangsa Barat untuk Tiongkok adalah berasal dari nama dinasti ini.
Catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shih huangdi
Berikut ini ada catatan tambahan mengenai Kaisar Qin Shihuangdi yang juga menarik untuk disimak. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa Qin Shihhuangdi tidak bisa disebut kejam dan lalim, tapi seorang pelaksana yang tegas, taat dan modern. Raja yang terdahulu jika mengusai negara lain, maka raja tersebut akan membagi-bagikan daerah kekuasaan barunya kepada sanak famili dan para bangsawan, namun tidak demikian halnya dengan Qin Shihhuang. Dia menciptakan pemerintahan pusat yang belum ada sebelumnya, membagi negara menjadi propinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan, pejabat propinsi dan kabupaten ditetapkan oleh pemerintah pusat. Struktur negara juga diringkas menjadi 3 perdana menteri dan 9 menteri, dia mengubah system feodalisme istana menjadi system ketatanegaraan. Untuk hal ini, mungkin dialah penguasa pertama di dunia ini yang menerapkan manajemen modern.
Dia seorang pekerja keras, walaupun telah mengalami berkali-kali penghadangan tapi dia tetap melakukan perjalanan dalam peninjauan dan pengawasan perbangunan negaranya, bahkah dia mati dalam perjalanan tugasnya. Selain membuat terusan yang menghubungkan sungai Huang He, Huai He dan Chang Ciang, dia juga membangun jaringan transportasi seluruh negara dari pusat ibukota dan mengagalkan reboisasi. Mengenai korban pembangunan Tembok Besar, tentu bukan suatu kelaliman kaisar, tapi itu adalah salah satu benteng pertahanan strategis secara militer, hanya karena medan yang sangat buruk maka terjadilah banyak korban, kalau dibandingkan dengan para kaisar zaman sebelumnya yang membangun istana dengan memaksa rakyat berbakti denan cuma-cuma yang juga memakan korban banyak, tentu korban dalam pembangunan Tembok Besar lebih memiliki nilai yang lebih tinggi. Dan tembok-tembok itu sebenarnya adalah menyambung tembok-tembok yang telah ada serta membangun tembok-tembok baru. Pada masa itu, keturunan dari para bangsawan dan kerabat raja-raja dari 6 negara yang dikalahkan, terus berusaha membunuh atau menjatuhkan Qin Shihuangdi, selain mencari satria untuk menghadang, mereka juga mendekati para sarjana terutama aliran Konfusianis, para sarjana dan rakyat memang belum terbiasa hidup dalam pola hidup yang disiplin sesuai undang-undang Qin, maka banyak sarjana aliran ini menulis kritikan yang tidak membangun dan mencela kebijaksanaan Qin, mereka menolak penerapan sistim baru yang membongkar habis pola pikir feodal dan menuntut kembali pada pola kekaisaran tempo dulu.
Untuk mengamankan pelaksanaan reformasi, maka para sarjana itu ditangkap dan tulisan-tulisan mereka disita. Buku-buku tradisional yang tidak sesuai dengan kemajuan zaman diperintahkan untuk dibakar oleh pemiliknya. Apabila dalam kurun waktu 60 hari tidak dibakar maka akan dijatuhi hukuman. Empat ratus enam puluh orang sarjana dari aliran Konfusianis terbukti mencela dan menyebarkan kebencian terhadap kaisar, maka mereka dihukum mati dengan jalan dikubur hidup – hidup (hukuman ini tidak hanya dilakukan oleh Qin Shihuang. Namun tidak ada sarjana yang menulis, bahwa raja lainnya juga pernah melakukan kekejaman semacam ini . Hal inu tentunya tidak adil secara sejarah). Tulisan mereka dan buku-buku yang disita dari mereka juga dibakar. Namun buku-buku yang tersimpan di perpustakaan atau karya asli dan aliran-aliran pemikir tidak dibakar, maka catatan sejarah masih utuh hingga kini.
Salah penafsiran atas Qin Shihhuang adalah dikarenakan hukumannya terhadap para sarjana Aliran Konfusianisme, dimana mereka selanjutnya justru mendapatkan tempat pada masa raja-raja berikutnya. Maka tulisan atau tafsiran tentang Qin Shihhuang selalu tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Penulis atau pencatat sejarah kebanyakan sarjana dari aliran tersebut.
Pada tahun 214 SM Chiin telah berhasil mengadakan ekspansi ke Chekiang, Fukien dan Kwangtung sampai disungati merah di Indocina. Tahun 215 SM ekspansi dilanjutkan kedaerah-daerah Huann, Szechuan, Kweichow bahkan sampai ke korea.
Penasehat utama Chin, Shih Huang Ti ialah Li Ssu, murid Shu Tze. Yang dilihat oleh Li Ssu dari ajaran-ajaran gurunya hanya bagian yang menyatakan  bahwa sifat manusia pada dasarnya buruk dan ia berharap memperbaiki itu bahkan dengan memberikan pelajaran melainkan dengan menggunakan hukuman-hukuman yang berat.
Beberapa tokoh terkenal pada masa Dinasti Qin adalah :
1)             Lu Buwei (吕不韦), perdana menteri Qin dan wali Qin Shihuang ketika ia naik tahta dalam usia muda. Orang yang berjasa dalam mendidik Qin Shihuang menjadi seorang kaisar yang bertangan besi. Ada kontroversi mengenai garis keturunan dari Kaisar Qin, bahwa Kaisar Qin adalah anak dari Lu Buwei, dimana Lu Buwei menyerahkan istrinya, Zhao Ji, pemain opera di kota Handan (wilayah kerajaan Zhao) yang sudah hamil, kepada Raja Qin (Ying Yiren/raja sebelum Qin Shi Huang).Pada akhirnya, dia dibunuh secara tidak langsung oleh Qin Shi Huang dengan dipaksa minum anggur beracun.(Kaisar Qin takut Lu Bu Wei direkrut oleh 6 negara lainnya, padahal Bu Wei sendiri sudah memutuskan pensiun.
2)             Li Si (李斯), murid dari Xun Zi, direkrut oleh Lu Buwei sebagai guru untuk Kaisar Qin/Ying Zheng. Orangnya cerdas,namun agak pengecut. Ada suatu peristiwa dimana dia bekerja sama dengan pejabat tertentu untuk membuat surat permohonan pembagian kekuasaan kepada kaisar Qin, namun karena takut dia membuat satu surat lagi yang isinya bertentangan dengan surat pertama, lebih mendukung kaisar Qin, itulah alasan mengapa Fu Su, sang putra mahkota membencinya. Setelah Lu Buwei tiada, dia ditunjuk sebagai perdana menteri.
3)             Zhao Gao (赵高), kasim dari Kaisar Qin. Orangnya lumayan cerdas, tapi "penjilat". Dia dan Li Si melakukan suatu konspirasi besar mengenai penerus kaisar Qin, mereka mengatur sedemikian rupa sehingga Huhai, putra ke-26 Qin Shihuang, yang masih muda dan intelektualnya lebih rendah dari putra mahkota Fu Su, menjadi kaisar berikutnya, padahal mandat kaisar Qin sebelum mangkat bahwa Fu Su seharusnya menjadi penerus kekaisaran Qin. Li Si takut dipenggal karena Fu Su tidak menyukai Li Si, sementara Zhao Gao takut ingin Huhai naik tahta sehingga dengan demikian statusnya ikut terangkat.
4)             Fu Su (), putra mahkota kekaisaran Qin, yang seharusnya menjadi penerus Qin Shi Huang. Qin Shi Huang sendiri menganggap Fu Su hatinya terlalu lunak dan lemah. Sebenarnya dia bisa melakukan kudeta kekuasaan, tapi ada suatu peristiwa dimana dia dan Li Si saling berbicara setelah menerima mandat palsu (Isinya Pangeran Kedua yang menjadi penerus tahta, sementara Fu Su dihukum mati).Dia bertanya, bagaimana masa depan kekaisaran Qin ke depannya, dan Li si menjawab, "tidak akan ada lagi Dinasti Qin", akhirnya dia mati bunuh diri.
5)             Lao Ai (), pemain opera di Handan yang dekat dengan ibu suri Zhao (ibu Ying Zheng), yang kemudian dipromosikan oleh Lu Buwei menjadi menteri, dengan alasan diperbantukan ke ibu suri. Sayangnya, Lao Ai punya niat tersembunyi, termasuk perselingkuhannya dengan ibu suri. Dia melakukan pemberontakan pada saat Ying Zheng mengetahui skandal perselingkuhannya dengan ibusuri Zhao. Pemberontakannya gagal dan ia tertangkap, lalu ia mengakui pada Ying Zheng mengenai segalanya tentang perselingkuhan dengan ibusuri dan rahasia mengenai Lu Buwei adalah ayah biologis Ying Zheng.
6)             Meng Tian (蒙恬), jenderal kesayangan Qin Shi Huang, berjasa besar dalam penaklukan 6 kerajaan, termasuk peperangan di utara melawan Mongolia. Sebenarnya, Fu Su bermaksud menjadikannya perdana menteri jika naik takhta. Ia turut dipaksa bunuh diri bersama Fu Su.
7)             Li Mu (李牧), jenderal besar dari negeri Zhao, berhasil menggagalkan penyerangan negeri Qin, Qin Shi Huang sendiri sangat terkesan dengan kegagahan Li Mu. Negara Qin mengirim mata-matanya ke Zhao untuk menghasut Raja Zhao sehingga menyingkirkan Li dari jabatan komandan tertinggi. Li dibunuh tidak lama setelah dicabut dari jabatannya oleh orang-orang suruhan Raja Zhao. Setelah negeri Zhao kalah, namanya diabadikan menjadi nama suatu tempat.

2.1.3        Tindakan-tindakan Shih Huang Ti
Untuk menahan serangan dari Luar atau serangan dari bangsa bar-bar (bangsa Hsiung Nu), maka Ch’in Shih Huang Ti membuat Tembok besar yang terkenal dengan nama “Great Wall” atau bisa disebut Wan Li Chang Cheng (Tembok Raksasa). Panjang tembok ini kurang lebih 10.000 li (kurang lebih 6.450 Km) tembok ini memanjang dari barat daya yakni dari wilayah kansu, melintasi sungai Hoang Ho dan masuk wilayah Mongolia dalam, terus menembus arah selatan ke Shensi dan Hopei dan membelok kearah timur sampai ke Teluk Liaotung dipantai Pasifik.
1)   Menghapuskan feodalisme dan membentuk pemerintahan yang bersifat sentralis. Seluruh Cina dibagi menjadi daerah-daerah propinsi, yang masing-masing dikusai seorang gubernur;
2)   Mengadakan pembakaran terhadap buku-buku kuno karya Confusius kecuali buku-buku tentang pertanian, pengobatan dan ramalan;
3)   Mengadakan peyeragaman tulisan-tulisan diseluruh Cina;
4)   Mengadakan penyeragaman ukuran-ukuran, Timbangan-timbangan, perkakas pertanian, Ukuran roda dan sebagainya;
5)   Membuat jalan-jalan raya yang menghubungkan pusat dan Daerah-daerah, membuat jembatan-jembatan dan saluran-saluran. Yang terkenal sekali yang dinamakan “jalur Kerajaan”, yang melewati daerah sungai Kuning dan lembah sungai Yangtze Kiang. Jalan tersebut “jalur lurus”;
6)   Untuk menjaga supaya tidak terjadi pemberontakan dari bawah atau daerah, maka benteng-benteng didaerah yang tidak digunakan untuk pertahanan dimusnahkan.
Pada kenyataanya  tidak semua buku-buku terlarang musnah buktinya pada masa Dinasti han masih banyak orang yang memiliki buku konfusianisme. Para sarjana konfusianisme di semua wilayahnya dikumpulkan hingga 700 sarjana. Mereka dilempari batu hingga mati di sebuah lembah yang belakangan disebut deangan “Lembah Pembantaian para Sarjana Konfuisianisme”
Pembangunan tembok besar menimbulkan bayak korban jiwa. Hal ini terjadi karena buasnya alam dan minimnya prasarana pada masa itu. Bahkan, karena tidak ada waktu untuk memakamkanya, mayat-mayat orang yang meninggal ikut ditembok begitu saja.
Satu lagi kelebihan Chin adalah bahwa mereka memiliki besar, tentara yang efisien dan jenderal mampu. Mereka menggunakan perkembangan terbaru dalam senjata dan transportasi juga, yang banyak musuh-musuh mereka tidak tahu. Perkembangan ini kemudian diizinkan mobilitas yang lebih besar ke atas beberapa jenis area yang berbeda yang paling umum di kebanyakan wilayah China. Jadi, kedua dalam ideologi dan praktek, Chin militer unggul.
Akhirnya, yang Chin kekaisaran memiliki keuntungan geografis karena kesuburan dan yang posisi strategis, dilindungi oleh gunung yang dibuat di negeri satu benteng alami output diperluas Its pertanian membantu tentara besar mempertahankan Qin itu dengan makanan dan sumber daya alam; terusan Wei Sungai dibangun di 246 SM adalah sangat penting dalam hal ini.

Penaklukan Negara Lain
Selama Periode Amerika berperang sebelum Dinasti Chin, negara-negara utama yang bersaing untuk penguasaan Yan, Zhao, Qi, Chu, Han, Wei dan Chin. Raja-raja negeri-negeri ini dijuluki diri mereka sebagai raja-raja, bukan menggunakan gelar bangsawan yang lebih rendah mereka sebelumnya telah diadakan. Namun, tidak tinggi dirinya untuk percaya bahwa dia memiliki "Mandat Surga," sebagai kaisar Chou mengklaim, atau bahwa dia memiliki hak untuk menawarkan pengorbanan mereka meninggalkan ini kepada raja-raja Chou.
Sebelum penaklukan mereka di SM abad keempat dan ketiga, Chin mengalami beberapa hambatan. Shang Yang telah dilaksanakan di 338 SM karena dendam oleh pemimpin Raja Wu pada siswa yang telah dilaksanakan karena desakan Shang Yang bahwa hukum yang digunakan bahkan untuk bangsawan. Ada juga perselisihan internal atas pewarisan Chin dalam 307 SM, yang terpencar Chin otoritas cukup. Qin telah dikalahkan oleh federasi negara lain 295 SM, dan setelah mengalami kekalahan lain oleh negara Zhao, karena mayoritas tentara mereka kemudian mempertahankan terhadap Qi. The negarawan agresif Fan Sui, bagaimanapun, tidak lama lagi datang ke kekuasaan sebagai perdana menteri meskipun masalah pewarisan telah diselesaikan, dan dia mulai satu kebijakan perluasan yang telah berasal di Jin dan Qi, yang mendorong Chin untuk mencoba untuk menaklukkan negeri-negeri lain.
Chin cepat dalam serangan mereka ke atas negeri-negeri lain. Mereka pertama kali menyerang Han, timur langsung, dan mengambil kota yangdi dalam 230 SM. Mereka kemudian melanda utara negeri Zhao menyerah pada 228 SM, dan negeri utara Yan diikuti, jatuh dalam 226 SM. Selanjutnya, tentara Chin meluncurkan serangan ke timur, dan kemudian selatan serta; mereka mengambil kota Wei Daliang (kini disebut Kaifeng) dalam 225 SM dan dipaksa Chu untuk menyerahkan oleh 223 SM. Akhirnya, mereka digulingkan sisa Dinasti Chou di Luoyang dan menaklukkan Qi, mengambil kota Linzi dalam 221 SM.

Dominion Cina
Ketika penaklukan lengkap dalam 221 SM, Raja Zheng - yang pertama mengambil alih takhta negeri Chin pada 9 umur 15- menjadi penguasa efektif Cina. Dia memperkuat posisinya sebagai penguasa tunggal dengan rilis perdana menteri, Lu Buwei. Dia kemudian digabungkan judul yang Tiga Berdaulat awal dan Lima Kaisar ke nama baru dia :. Shih Huang Ti atau "Kaisar Pertama". Kaisar baru dinyatakan mengarahkan semua senjata tidak menguasai Chin dirampas dan dilelehkan. Logam yang dihasilkan adalah cukup untuk membangun dua belas patung hiasan besar di ibukota baru dinyatakan Chin, Xianyang.
Di 214 SM, Chin Shih Huang memperoleh perbatasan ke utara dengan pecahan (100.000 orang) tentara besar, dan mengirim mayoritas (500.000 orang) selatan tentaranya untuk menaklukkan wilayah suku selatan. Sebelum peristiwa yang menyebabkan penguasaan Chin seluruh Cina, mereka telah mendapatkan kepemilikan banyak Sichuan di barat daya. Tentara Chin adalah tidak biasa dengan daerah hutan, dan ia telah dikalahkan oleh taktik perang gerilya suku selatan 'dengan lebih 100.000 orang hilang. Namun, dalam kekalahan Chin berhasil dalam membangun sebuah terusan ke selatan, di mana mereka digunakan sepenuhnya untuk memasok dan memperkuat tentara mereka saat serangan kedua mereka ke selatan. Membangun keuntungan, tentara Chin menaklukkan tanah pantai sekitar Guangzhou, dan mengambil wilayah Fuzhou dan Guilin. Mereka melanda sejauh selatan sebagai Hanoi. Setelah kemenangan ini di selatan, Chin Shih Huang bergerak lebih 100.000 narapidana dan orang buangan untuk menjajah daerah yang baru ditaklukkan. Dari segi memperluas perbatasan kerajaannya, Kaisar Pertama adalah sangat sukses di selatan.Walau bagaimanapun, sementara kekaisaran pada masa-masa telah diperluas ke utara, Chin jarang dapat memegang ke tanah untuk waktu yang lama. Klan ini lokasi, secara kolektif disebut Hu oleh Chin, bebas dari pemerintahan Cina saat mayoritas Dinasti. Yang dilarang dari perdagangan dengan Dinasti Chin petani, hidup kabilah Xiongnu di wilayah Ordos di barat laut Cina sering menyerbu mereka sebaliknya, mendorong Chin untuk membalas. Setelah kampanye militer yang dipimpin oleh Jenderal Meng Tian, wilayah ini telah ditawan dalam 215 SM dan pertanian telah didirikan, petani, bagaimanapun, tidak puas dan kemudian memberontak. Dinasti Han berhasil juga berkembang ke Ordos karena kelebihan penduduk, tetapi berkurang sumber mereka dalam proses. Owen Lattimore mengatakan upaya kedua Dinasti untuk menaklukkan Ordos, "penaklukan dan ekspansi adalah ilusi. Tidak ada jenis keberhasilan yang tidak tidak membuat reaksi sendiri yang." Sesungguhnya, ini adalah benar perbatasan dinasti dalam berbagai arah modern Xinjiang, Tibet, Manchuria, Mongolia, dan daerah tenggara asing Chin, dan juga daerah lebih yang mereka memiliki kontrol militer adalah budaya yang berbeda.

Budaya dan masyarakat
Bangsawan Chin adalah sebagian besar sama dalam budaya dan kehidupan harian mereka. Variasi regional dalam budaya telah dianggap sebagai simbol kelas yang lebih rendah. Ini bersumber dari Chou dan telah dirampas oleh Chin, variasi tersebut telah dilihat sebagai bertentangan dengan penyatuan bahwa pemerintah berusaha untuk mencapai.
Biasa dan penduduk pedesaan, yang terdiri lebih 90% dari penduduk, yang sangat jarang meninggalkan desa atau farmsteads mana mereka dilahirkan. Bentuk biasa pekerjaan berbeda menurut daerah, meskipun pertanian hampir universal biasa. Profesi adalah keturunan;. Pekerjaan ayah telah disetujui kepada anak sulungnya setelah beliau meninggal dunia .The Lüshi Chunqiu memberikan contoh bagaimana, ketika biasa yang terobsesi dengan kekayaan material, bukannya yang idealisme seorang yang "membuat hal melayani dia", mereka telah "berkurang ke layanan hal".
Petani jarang digambarkan dalam literatur selama Dinasti Chin dan setelah itu, ulama dan lain-lain status elit lebih mengutamakan kesenangan kota-kota dan atraksi politik. Satu pengecualian penting untuk ini adalah Shen Nong, yang disebut "Bapa Ilahi", yang mengajarkan bahwa rumah harus menanam makanan mereka sendiri. "Jika di Perdana seseorang dia tidak membajak, seseorang di dunia akan berkembang lapar. Jika di Perdana seseorang dia tidak menenun, seseorang di dunia akan menjadi dingin." Chin dianjurkan ini; upacara telah dilakukan sekali setiap beberapa tahun yang terdiri dari pejabat pemerintah yang penting bergantian dengan bajak pada bidang khusus, untuk menciptakan simulasi kepentingan pemerintah dan kegiatan dalam bidang pertanian.

Arsitektur
Untuk arsitektur memiliki beberapa aspek utama. Tembok kota, yang digunakan untuk pertahanan, telah dibuat lagi, dan memang beberapa dinding sekunder juga kadang-kadang dibangun untuk memisahkan daerah yang berbeda. Fleksibilitas dalam struktur federal telah ditekankan, untuk menciptakan rasa kekuatan dan kekuasaan mutlak. Unsur-unsur arsitektur seperti menara tinggi, pintu tiang, teras, dan bangunan tinggi dijelaskan dikemukakan ini.

Filsafat dan Sastra
Bahasa tertulis Chin adalah logographic, sebagai Chou telah. Sebagai salah satu prestasi yang paling berpengaruh dalam kehidupan, Perdana Menteri Li Si standar sistem tertulis untuk menjadi ukuran seragam dan bentuk di seluruh negara. Ini akan memiliki efek penyatuan budaya Cina selama ribuan tahun. Dia juga dikreditkan dengan menciptakan "kurang segel". Gaya kaligrafi, yang berfungsi sebagai dasar bagi Cina modern dan masih digunakan dalam kartu, poster dan iklan.
Selama Periode berperang, Seratus Sekolah Pemikiran terdiri dari berbagai filosofi yang diusulkan oleh ulama Cina. Dalam 221 SM, bagaimanapun, Kaisar Pertama menaklukkan semua negara dan dikelola dengan filosofi tunggal, legalisme. Setidaknya satu sekolah pemikiran, Mohism, telah dihapus, meskipun alasan yang tidak diketahui. Meskipun ideologi negeri Chin dan Mohism yang serupa dalam hal tertentu, itu adalah mungkin bahwa Mohists telah dicari dan dibunuh oleh tentara negeri karena kegiatan paramiliter.
Sekolah Konfusius itu pemikiran, disebut Konghucu, adalah juga berpengaruh saat yang Periode Amerika berperang, serta seluruh banyak yang Dinasti Chou kemudian dan awal periode imperialis. Ini sekolah pemikiran memiliki satu disebut Confucian kanon sastra, dikenal sebagai "enam klasik"​​: Odes, Dokumen, Ritual, Musik, Spring dan Autumn Parameswara, dan Perubahan, yang terkandung literatur Cina pada waktu itu.
Selama Dinasti Chin, Konghucu-bersama-sama dengan semua yang lain bukan Legalis filsafat telah ditindas oleh Kaisar Pertama; awal Dinasti Han kaisar melakukan hal yang sama. Legalisme mengecam sistem feodal dan mendorong hukuman yang berat, terutama ketika kaisar telah memberontak. Hak individu telah menurunkan nilai ketika mereka bertentangan dengan itu pemerintah atau kehendak pemerintah, dan pedagang dan ulama telah dianggap tidak produktif, patut untuk penghapusan. Satu-langkah yang lebih drastis yang digunakan untuk mencapai pemberantasan yang sekolah lama pemikiran adalah yang pembakaran terkenal buku dan menanam ulama, kejadian yang hampir singlehandedly memberikan Dinasti Chin reputasi buruk di kalangan ulama kemudian. Kaisar Pertama, dalam upaya untuk memperkuat daya, mengarahkan membakar semua buku-buku non-pandangan filsafat Legalis dan subjek intelektual. Hukum ini telah disetujui pada 213 SM, dan juga ditetapkan bahwa semua ulama yang menolak untuk menyerahkan buku-buku mereka untuk dibakar akan disempurnakan oleh pemakaman prematur. Teks hanya dianggap produktif oleh Legalists telah dipelihara, kebanyakan tentang hal-hal yang pragmatis, seperti pertanian, peramalan dan medis. Namun, kontroversi tetap mengenai "membakar buku dan menanam ulama". Kini, banyak Sinologists berpendapat bahwa "menanam ulama", seperti yang tercatat dalam Grand Historian, tidak benar-benar benar, sebagai istilah mungkin berarti hanya "dihukum mati."

Agama
Kepercayaan agama yang dominan di China selama pemerintahan Chin, dan, sebenarnya, saat lebih awal kekaisaran Cina, telah berfokus pada shen (sekitar menerjemahkan "roh"), yin ("bayangan"), dan alam mereka dikatakan, kuasailah orang Cina yang ditawarkan pengorbanan dalam upaya untuk menghubungi ini dunia yang lain, yang mereka percaya untuk menjadi sejajar dengan satu duniawi. Orang mati itu mengatakan hanya telah berpindah dari satu dunia yang lain. Upacara-upacara tersebut, serta lain-lain, melayani dua tujuan: untuk memastikan bahwa mati mengembara dan tinggal di dalam alam lain, dan untuk menerima berkat dari alam roh.

Praktek agama biasanya diadakan di kuil lokal dan daerah suci, yang berisi mezbah korban. Saat korban atau upacara lain, indera semua peserta dan saksi akan indera dan kabur dengan asap, kemenyan, dan musik. Sacrificer timah akan cepat dan bermeditasi sebelum korban untuk terus mengaburkan akal sehatnya dan meningkatkan kemungkinan fenomena perceiving batin. Peserta lain juga tersedia, meskipun tidak ketat.
Kabur seperti indra adalah juga faktor dalam praktek perantara roh, atau mediumship. Praktisi seni akan jatuh ke trances atau menari untuk melaksanakan tugas-tugas yang ghaib. Orang-orang ini sering akan meningkat ke kekuasaan sebagai hasil dari mereka seni-Luan Da, sederhana Dinasti Han, telah diberikan pemerintahan lebih 2.000 rumah tangga. Diperhatikan Han sejarawan Sima Qian arogan praktek itu, menolak mereka sebagai tipu muslihat bodoh.
Ramalan untuk memprediksi dan atau mempengaruhi masa depan adalah satu lagi bentuk praktek agama. Sesuatu praktek kuno yang biasa selama Dinasti Chin, patah tulang atau cangkang penyu untuk menimba ilmu pengetahuan masa depan. Bentuk ramalan yang muncul saat awal kekaisaran Cina adalah berbagai, bahkan mengamati fenomena alam adalah metode biasa. Komet, gerhana, dan kekeringan telah dianggap pertanda sesuatu yang akan datang.

Etimologi China
Nama Chin terpercaya menjadi moyang etimologi nama modern negara Eropa, China. Kata mungkin dibuat cara ke bahasa Indo-Aryan pertama sebagai 'Cina' atau 'Sina' dan kemudian ke dalam bahasa Yunani dan Latin sebagai 'Sinai' atau 'Thinai'. Ia kemudian ditransliterasi ke dalam bahasa Inggris dan Perancis sebagai 'Cina' dan 'Chine'. Ini etimologi ditolak oleh beberapa ulama, yang mengusulkan bahwa 'Sina' dalam bahasa Sansekerta berkembang lebih awal sebelum dinasti Qin. 'Jin' (disebut sebagai 'Zhin'), sebuah negeri yang dikendalikan oleh Dinasti Zhou di 7 abad SM, adalah satu lagi asal yang mungkin.

Raja-raja Dinasti Chin
1 Zhaoxiang --Ying Ze atau Ying Ji (306 SM - 250 SM)
2 Xiaowen --Ying Zhu (250 SM)
3 Zhuangxiang - Ying Zichu (249 SM - 247 SM)
4 Shih Huang Ti - Ying Zheng (246 SM - 210 SM)
5 Er Shih Huang Ti --Ying huhai (210 SM - 207 SM)
6 Ying Ziying (206 BC)

2.1.4  Masa Berakhirnya Dinasti Chin
Pada tahun 210 SM Shih Huang Ti meninggal dunia, hal ini terjadi sedang dalam perjalanan (inspeksi). Hal meninggalnya kaisar dirahasiakan selama rombongan belum sampai ke istana (dikawatirkan akan timbul pemberontakan) sebab pada masa pemerintahannya penuh dengan kekejaman dan kebengisan. Untuk mengelabuhi mata orang banyak, maka seorang hamba istana didudukan dalam suatu kreta tertutup yang memuat peti jenazah kaisar berlaku sebagai Shih Huang Ti dalam perjalanan menuju ke istana dengan memberikan jawaban-jawaban atas laporan-laporan para opsir.
Segera setelah Shih Huang Ti meninggal, mulailah timbul suatu komplotan. Memang sebelum ia meninggal sebenarnya telah menulis sepucuk surat kepada putra sulungnya, yakni Fu Su yang ketika itu berada diperbatasan utara sebagai orang buangan (sebagai mandor dalam pembuatan tembok raksasa karena menentang ayahnya ketika menghukum para sastrawan yang tidak mau menyerahkan bukunya untuk dimusnahkan). Dengan surat itu sebenarnya Shih Huang Ti mengangkat putranya sebagai pengganti. Akan tetapi karena pada masa itu timbul komplotan yang terdiri dari Li Su (penasehat utama Shih Huang Ti)  dan Chao Kao membuat surat palsu yang ditujukan kepada fu Su agara supaya bunuh diri. Selanjutnya komplotan itu memaklumkan suatu sabda kaisar palsu yang mengangkat putra kedua, yakni Hu Hai sebagai penggantinya. Putra kedua inilah yang kemudian menaiki singgasana dengan gelar “Erl Shih Huang Ti”, yakni kaisar kedua, suatu gelar yang digunakan menurut Shih Huang Ti, yang ingin melihat sejarah Tiongkok dimulai dengan kejayaannya dan ia sendiri sebagai kaisar pertama, putranya sebagai kaisar kedua dan cucunya sebagai kaisar ketiga dan seterusnya.
Erl Shih Huang Ti, ternyata dalam hal kesombongan dan pembawaan sama dengan ayahnya akan tetapi tidak cakap dan bahkan dibawah pengaruh Chao kao. Dengan demikian orang yang berpengaruh saat itu ialah Chao kao dan Li Ssu. Namun diistana akhirnya timbul kekacauan akibat pemalsuan surat waisat. Selanjutnya Chao Kao membunuh pembantu-pembantu Shih Huang Ti seperti Meng Tien, dan Li Ssu. Bersamaan dengan itu didaerah muncul suatu pemberontakan dibawah pimpinan Chen She. Adapun latar belakangnya, rombongan mereka datang terlambat untuk membuat tembok didaerah utara. Padahal ada sanksinya, siapa yang datang terlambat akan dihukum, maka rombongan ini memutuskan sebelum hukuman dijatuhkan lebih baik mereka memberontak terlebih dahulu. Pemberontakan akhirnya dapat dipadamkan, namun kemudian pada tahun 207 SM Erl Shih Huang Ti dibunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya diangkatlah cucu Shih Huang Ti yakni Tze Ying.
Setelah Tze ying menaiki singgasana, ia mengetahui perbuatan-perbuatan Chao Kao yang begitu keji, maka akhirnya ia memerintahkan untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya. Dengan ini berarti situasi kerajaan menajdi semakin kacau. Kekacauan ini kemudian digunakan oleh kaum pemberontak untuk merebut tahta kerajaan. Pemberontakan yang dipimpin oleh Hsiang Yu berhasil memasuki istana dan berhasil membunuh Tze Ying. Dengan meninggalnya Tze Ying berarti berakhirlah dinasti Chi’in. biarpun Shih Huang Ti berusaha sekuat tenaga gar tiongkok (Cina) tetap diperintah oleh keturunannya, namun dinastinya hanya bertahan selama 15 tahun.
Sementara itu terjadilah perebutan kekuasaan antara Hsiang Yu dengan Liu Pang dan berakhir dengan kemenangan Liu Pang dan berhasil mendirikan Dinasti baru yakni Diansti Han.

2.1.5 Perkembangan Seni dan Teknologi Semasa Dinasti Chin
Salah satu peninggalan terbesar Dinasti Ch’in adalah makam Kaisar Ch’in Shi Huang Ti  yang terletak di Xi’an, Provinsi Shaanxi. Penemuan ini terjadi secara tidak kebetulan ketika beberapa orang pekerja sedang melakukan pengeboran guna mencari sumber air. Mereka menemukan patung-patung prajurit dan kuda dalam ukuran sebenarnya.
Kaisar Ch’in Shih Huang Ti memang memerintahkan pembuatan patung-patung itu prajurit itu dengan maksud agar dapat menyertainya di alam baka. Patung-patung itu di beri warna terang atau sampai sejumlah 12 hingga 13 warna. Sehingga inilah yang menyebabkan mengapa patung-patung itu tidak ada yang sama sepenuhnya. Secara keseluruhan, terdapat delapan jenis patung:
1)   Jenderal yang dikenali melalui ukuran tubuhnya, penampilanya yang berwibawa, serta pengerjaan yang teliti hingga rincian sekecil-kecilnya;
2)   Pejabat militer tingkat tinggi, yang dikenali melalui ukuran tubuhnya, sikapnya yang berwibawa, serta baju zirah penuh hiasan yang dikenakannya;
3)   Pasukan kavaleri;
4)   Pengemudi kereta perang;
5)   Anggota pasukan penunggang kuda, yang digambarkan sedang mengenakan pelindung kepala.
6)   Pasukan infanteri, baik yang mengenakan baju zirah atau tidak. Masing-masing memegang senjata yang berbeda.
7)   Pasukan panah yang digambarkan sedang berlutut dalam posisi menembakkan panah.
8)   Pasukan yang bertarung dengan tangan kosong. Digambarkan tidak bersenjata dan tidak memakai baju zirah.
Sebagai tambahan, senjata yang dipegang oleh patung-patung ini adalah senjata asli. Barang kali agar terkesan lebih hidup. Patung-patung ini memperlihatkan tingginya mutu karya seni semasa dinasti Ch’in. Makam luar biasa ini, juga dilengkapi dengan peta China beserta tiruan sungai-sungainya yang dialiri dengan air raksa.
Karya besar lainnya yang dihasilkan semasa Dinasti Ch’in adalah istana kerajaan yang disebut dengan Istana E pang. Tetapi istana ini hanya salah satu diantara sekian banyak istana yang didirikan oleh kaisar pertamaa dinasti Ch’in. Sayangnya, kompleks istana ini habis dibakar oleh Xiang Yu, dan konon karena luasnya yang luar biasa itu, api terus berkobar selama 3 bulan. Prestasi lain yang dilakukan kaisar pertama Dinasti Ch’in adalah penyatuan system penulisan, anak timbangan, ukuran, mata uang dan lain sebagainya.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dinasti Ch’in pada masanya sebagai Dinasti yang bisa mempersatukan Cina, dan juga Dinasti Ch’in ini berhasil mencetuskan sistem pemerintahan kekaisaran yang dapat berlangsung sampai dengan awal abad ke-20.
Raja-raja Dinasti Chin
1 Zhaoxiang --Ying Ze atau Ying Ji (306 SM - 250 SM)
2 Xiaowen --Ying Zhu (250 SM)
3 Zhuangxiang - Ying Zichu (249 SM - 247 SM)
4 Shih Huang Ti - Ying Zheng (246 SM - 210 SM)
5 Er Shih Huang Ti --Ying huhai (210 SM - 207 SM)
6 Ying Ziying (206 BC)
Dibawah pemerintahan Shih Huang Ti, seluruh Cina Berhasil dipersatukan. Akan tetapi sifat Shih Huang Ti yang bengis membuat masyarakatnya tidak senang padanya. Di akhir Dinasti Chiin banyak pemberontakan untuk berebut kekuasan hingga Dinasti Ch’in runtuh.






DAFTAR PUSTAKA


Agung, Leo. 1997. “Sejarah Asia timur 1”. Semarang: UNS
G.J Rommelink, Willem. 1982.Sejarah Asia Timur”. Yogyakarta: UGM..
Taniputera, Ivan, 2008. “History Of China”. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
http//.www.wikipedia.com, “Sejarah china”. html
http//.www.google.com, “Dinasti-dinasti China”.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar